Daerah

LDNU Banjar Kalsel Ajak Nahdliyin Promosikan Tulisan Ulama Aswaja

Sab, 22 Juni 2019 | 16:00 WIB

LDNU Banjar Kalsel Ajak Nahdliyin Promosikan Tulisan Ulama Aswaja

Kajian rutin LDNU Banjar, Kalsel, Jumat (21/6).

Martapura, NU Online
Beredarnya buku dan tulisan yang kerap berisi menyudutkan amaliah dan kegiatan keagamaan di kalangan Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) membuat LDNU Banjar, Kalimantan Selatan bereaksi. Mereka pun kemudian mengangkat tema Dakwah dengan Tulisan dalam kajian rutin di Gedung NU Kabupaten Banjar, Jumat (21/6) siang.

Kegiatan yang dipandu Wakil Sekretaris PCNU Banjar, Ustadz Muhammad HR itu menghadirkan empat penulis muda dari berbagai latar belakang profesi kepenulisan. Dua di antaranya adalah peneliti dan penulis kitab kuning, Ustadz Anjas dan Ustadz Shofian. Dua lainnya; Ustadz Abu Zein Fardany (penulis lepas) dan Muhammad Bulkini yang merupakan novelis sekaligus jurnalis.

Dalam pemaparannya, Ustadz Abu Zein Fardany mengajak para hadirin untuk berkontribusi dalam dakwah dengan tulisan. Baginya, menuliskan kembali apa yang didapat dari belajar dengan seorang guru adalah bentuk dari khidmat kepada guru tersebut.

"Tulis pemikiran-pemikiran guru-guru kita," ucap Alumni Ma'had Aly Darussalam ini sembari menyebutkan beberapa kitab yang mulanya hanya hasil catatan belajar seorang murid.

Buku Aswaja Mesti Dipromosikan

Menyoal banyaknya beredar buku-buku dan tulisan golongan yang menyudutkan amaliaah Aswaja, Ustadz Abu Zein Fardany mengungkapkan bahwa buku dan tulisan dari kalangan Aswaja juga banyak beredar. Hanya saja tidak populer.

"Ada banyak buku dari ulama kita. Sayangnya, kurang dipromosikan," ujarnya.

Mestinya, sambung dia, buku-buku dari golongan Aswaja dibikinkan resensi (ulasan) dan diunggah di akun-akun media sosial kita.

"Itu tanggung jawab kita. Pertanyaannya, mau atau tidak? Siap atau tidak?" tegasnya yang kemudian disambut semangat para hadirin.

Pentingnya Dakwah dengan Tulisan

Sementara itu, Ustadz Anjas, pemateri lainnya, mengingatkan betapa pentingnya dakwah dengan tulisan. Dia menyebut dakwah dengan tulisan adalah tradisi ulama yang mesti dilestarikan. Dan, pelakunya akan diganjar dengan pahala yang terus mengalir, kendati penulisnya wafat.

"Orang yang berdakwah dengan tulisan, sejatinya banyak memiliki murid meski tak tampak," ujar Alumni Ma'had Aly Pondok Pesantren Darussalam yang memberi catatan kaki pada Kitab Ulama Besar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari itu.

Ustadz Anjas juga menyebut, ulama yang menulis kitab atau berdakwah dengan tulisan namanya akan diingat lama, ketimbang ulama yang tidak berdakwah dengan tulisan.

Menulis diakuinya memang tidak mudah, perlu waktu yang lama. Terlebih bagi dirinya yang sudah berkeluarga. Karena harus bergelut dengan mencari nafkah dan mengurus rumah tangga. 

Ditanya audiens tentang bagaimana agar mudah menyelesaikan tulisan, Ustadz Anjas menyontohkan dengan sikap bertahan hidup tokoh fiksi, Tarzan. 

"Tarzan bisa memanjat dan berayun di pepohonan, karena lingkungannya hutan. Dan kingkong adalah ibu angkatnya," ujar Ustad Anjas. "Artinya apa? The power of kepepet itu bagus untuk semangat menyelesaikan tulisan," katanya.

Karena itu, dia menyarankan, si penulis hendaknya masuk dalam komunitas penulis atau minimal menceritakan apa yang ditulisnya. Semisal bercerita pada guru, sehingga ditanya kapan selesai tulisannya?

"Pertanyaan itu akan memacu kita untuk menyelesaikannya. Karena ada pertaruhan harga diri di sana. Inilah hebatnya The power of kepepet," jelas Ustadz Anjas.

Kebiasaan Ulama Besar

Dhiauddin Badaruddin, wakil direktur Rumah Sakit Ratu Zalecha yang juga berhadir pada acara tersebut menyampaikan bahwa berdakwah dengan tulisan adalah kebiasaan (teladan) dari ulama-ulama besar terdahulu. Di Kalimantan Selatan, kata wakil sekretaris PCNU Kabupaten Banjar ini, ada Datuk Kalampayan dengan Sabilal Muhtadin, ada juga Manasik Haji dan Umrah karya KH Husin Qodri, yang masyhur tidak hanya di Indonesia tapi juga sampai ke negara-negara tetangga.

"Jadi sangat tepat LDNU membangkitkan kembali semangat menulis untuk kebaikan ini," ujar putra tokoh NU KH Badaruddin ini. 

Kajian rutin ini terselenggara berkat sosok ustadz muda bernama Muhammad HR. Pembina IPNU Kalsel sekaligus Wakil Sekretaris PCNU Banjar itulah yang bersusah payah membangkitkan kembali semangat Nahdliyin untuk aktif kembali di NU. Salah satunya dengan mengagendakan kajian dan diskusi rutin yang digelar setiap Jumat siang tersebut.

"NU Banjar adalah NU pertama di luar Jawa Timur. Dari sini kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Kalsel. Semoga sejarah itu berulang dengan kegiatan ini," ucap mantan ketua PC IPNU Kabupaten Banjar periode 2009- 2011 yang sempat mengenyam Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) yang diselenggarakan Lakpesdam PBNU di Jakarta dan Yogyakarta (3 daurah) pada tahun 2017 silam. Kegiatan Kajian dan Diskusi Jumat ini selalu mengangkat tema berbeda di setiap pertemuan. 

Kegiatan yang rutin digelar setelah Shalat Jumat itu, ditutup dengan pembacaan doa oleh Ketua LDNU Banjar, Ustadz Muhammad Rofiq.  Sebelum menutup, alumni Darul Lughah Wadda'wah itu menyambut baik semangat dari kader-kader muda NU Banjar yang mulai bangkit menyuarakan keilmuan menurut paham Ahlussunnah wal Jama'ah. Dia berjanji akan mewadahi kreativitas mereka. (Habibullah/Kendi Setiawan)