Daerah

Lakpesdam Diskusikan Dinamika Politik Lokal NU

Sel, 2 April 2013 | 09:01 WIB

Jepara, NU Online
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) kabupaten Jepara mendiskusikan tema bertajuk “Peran NU dalam pengawalan Dinamika Politik Lokal” bertempat di Musholla Gedung NU, Jalan Pemuda Nomor 51, akhir pekan lalu.

<>

Diskusi Pojok NU II tersebut dilaksanakan sejak siang menghadirkan pembicara Hasyim Asyari, akademisi Univesitas Diponegoro Semarang mengetengahkan “Sejarah Sinergitas NU dalam Penguatan Kader di DPRD dan Kepala Daerah”.

Narasumber lain, Mayadina Rohma Musfirah, ketua PC Lakpesdam NU Jepara mengangkat “Tradisi Gerakan Sosial, Politik dan Intelektual Kaum Muda NU dalam Menjaga Dinamisasi Daerah” dan Wartawan Suara Merdeka, Muhammadun Sanomae dengan “Sinergitas Media dan NU dalam Pengawalan Dinamika Politik Lokal”.

Deputi Direktur PC Lakpesdam NU Jepara, Badiul Hadi mengatakan dipilihnya tema tersebut menurutnya cukup beralasan mengingat NU sebagai ormas terbesar harus mampu mengakomodir kepentingan baik Jamiyyah dan Jamaah. Sehingga harus sesuai Khittah 1926 NU dalam posisi netral.

Adagium “NU tidak dimana-mana tetapi ada dimana-mana” menurutnya merupakan konsekuensi dari pilihan netral. Harapannya NU harus mampu mengakomodir aspirasi jamaahnya. Meski begitu NU malah gamang dalam memposisikan diri. Sehingga lanjutnya membutuhkan ketegasan dalam menerjemahkan Khittah 1926 agar NU tidak terjerembab dalam jurang kegamangan yang makin dalam. 

Di sisi lain, sambung Badiul NU mengalami problem yang cukup pelik yakni dengan hadirnya beberapa partai politik yang mengatasnamakan NU dan banyaknya kader yang tersebar di pelbagai partai politik dan belum mampu memberi manfaat bagi NU secara maksimal. Ditambah pikiran dikalangan politikus NU. 

“Kenapa kami harus berkontribusi kepada NU toh selama ini kami ada di partai juga atas inisiasi dan biaya kami sendiri,” terangnya.   

Lebih dari itu nilai-nilai perjuangan Ahlussunnah wal Jamaah; ta’addul, tawazun, tawasuth, amar ma’ruf nahi munkar yang selama ini diyakini oleh jamaah NU belum maksimal terinternalisasi. 

Kondisi politik semacam itu keluhnya malah diserobot oleh kelompok-kelompok di luar NU. Badiul menambahkan para intelektual dan tokoh NU memandang gerakan mereka telah mengganggu eksistensi ajaran NU dan cendrung berpotensi besar menjadi acuan keberhasilan politiknya kaum muslim di Indonesia di masa depan. 

Karenanya, pihaknya mengajak untuk membangun kembali pemikiran dan tindakan politik NU dalam sejarah agar bersinambung dan relevan dengan gerakan sosial politik NU sekarang dan masa akan datang. Disamping itu perlu merefleksikan fenomena kehidupan sosial dan politik NU baik jamiyyah, jamaah dan partai politik di masa era kebebasan politik untuk menemukan perspektif sosial politik NU yang lebih sehat dan cerdas. 

“Juga perlu menguatkan ghiroh dan menemukan platform bersama perjuangan sosial politik semua elemen dan lapisan NU dimasa depan dalam konteks kejeparaan,” harapnya.  

Kordinator: Syaiful Mustaqim