Bogor, NU Online
Muharrik masjid menurut memiliki sejarah dalam pandangan Islam. Seperti dikisahkan saat istri Imran bernadzar, jika punya anak akan dipersembahkan menjadi marbot masjid.
"Ndilalah-nya, anak yang dilahirkan ternyata seorang perempuan, yang kelak dikenal bernama Maryam," kata Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani pada pelaksanaan silaturahim dengan PCNU Bogor, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Imran pun memenuhi nadzarnya, menjadikan Maryam sebagai marbot masjid dari kalangan wanita. "Istilah sekarang menjadi seorang muharrikah. Wanita penggerak untuk memakmurkan masjid, tempat peribadatan atau mihrab," papar Kiai Manan.
Menjadi seorang muharrik masjid, sambung Kiai Manan, otomatis tidak hanya datang ke masjid saja. Tetapi, muharrik memiliki jiwa yang siap melayani umat. "Dia harus mempersiapkan seoptimal mungkin agar masjid menjadi tempat yang nyaman bagi umat yang ingin melaksanakan peribadatan," ungkapnya.
Muharrik harus menjaga kebersihan masjid, menjaga kesucian masjid. Selain itu juga menjaga keharuman area tempat shalat, serta menjaga kerapian dan keteraturan sarana prasarana untuk shalat.
Karenanya, tugas pelayanaan umat yang harus dilakukan oleh muharrik memang sangat kompleks. Tetapi, itulah yang justeru dapat menjadikan seorang muharrik masjid mulia dan kelak dapat meraih surga yang selalu dijanjikan oleh Allah SWT. “Jika Anda semua ingin mulia dan meraih kunci surga, maka jadilah muharrik masjid dan harus bangga dengan keahlian dan pekerjaan tersebut,” tegas Kiai Manan. (Abdul Hadi Hasan/Kendi Setiawan)