Daerah

Kisah Abu Hurairah Tawasul kepada Kanjeng Nabi

Sen, 27 Januari 2020 | 14:00 WIB

Kisah Abu Hurairah Tawasul kepada Kanjeng Nabi

KH Ahmad Najib Afandi pada pengajian rutin Majelis Kanzul Ilmi Center (KIC), Talok, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, Ahad (26/1) (Foto: Erik Alga Lesmana)

Brebes, NU Online
Kanjeng Nabi Muhammad adalah orang terpenting yang harus dimintai bantuannya karena kedudukan dan derajatnya di hadapan Allah. Lalu untuk apa tawasul kepada Nabi?
 
"Yaitu untuk menghilangkan kesusahan dan meminta hajat kepada Allah," kata KH Ahmad Najib Afandi pada pengajian rutin Majelis Kanzul Ilmi Center (KIC), Talok, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, Ahad (26/1).
 
Kiai Ahmad Najib Afandi juga mengajak kepada para jamaah untuk selalu solawat kepada nabi. Karena itu salah bentuk tawasul dikarenakan ketika Nabi yang meminta kepada Allah pasti Allah mengabulkan.
 
"Makanya tawasullah kepada orang shalih," ungkapnya.
 
Dalam pengajian rutinannya kiai yang biasa disapa Babah Najib mengungkapan sebuah kisah, tidak ada kesusahan yang lebih besar dari pada kesusahannya ketika dikumpulkan di Padang Mahsyar. Karena tempat itu panasnya berlipat-lipat dan saling dorong-mendorong bahkan sampai dibanjiri keringat manusia, semuanya dalam keadaan susah.
 
Ketika dikumpulkan semua orang memikirkan dirinya sendiri tidak ada kesempatan sedikitpun untuk memikirkan orang lain apalagi sampai membantu mereka. Mereka meminta-minta bantuan karena saking susahnya tempat itu. Pertama melihat Nabi Adam manusia pertama tanpa ayah dan ibu itu dimintai bantuan oleh mereka yang berada di padang mahsyar karena dalam kondisi kesusahan. Lalu nabi Adam tidak mempunyai kemampuan untuk membantu mereka.

Lalu penghuni Padang Mahsyar itu mencari para nabi yang lain yang bisa membantu mereka keluar dari panasnya padang mahsyar. Namun, semua nabi pasrah tidak ada satu pun nabi yang bisa membantu mereka keluar dari tempat itu. Terakhir, penghuni padang mahsyar itu bertemu nabi Isa untuk dimintai bantuan. Jawaban Nabi Isa sama seperti nabi-nabi sebelumnya, ketika dimintai bantuan tidak mampu untuk membantu para penghuni padang mahsyar yang sedang kesusahan.
 
Nabi Isa lalu mengarahkan kepada penghuni tempat itu untuk meminta kepada Nabi Muhammad Saw karena hanya Kanjeng Nabi satu-satunya orang yang mempunyai kemampuan menolong umat di hari akhir. Mereka pun berbondong-bondong mendatangi kanjeng nabi. Nabi Muhammad mampu menolong mereka semua yang sedang kesusahan karena hanya kanjeng nabi pemilik syafaat di hari itu.
 
"Lalu kenapa para nabi dimintai pertolongan oleh penghuni Padang Mahsyar? Karena menurut mereka para nabi itu orang shalih dan dikira mereka semua mampu untuk memberi pertolongan. Inilah salah satu bentuk tawasul kepada Kanjeng Nabi di hari akhir nanti," tutur Kiai Ahmad Najib.

"Ngono jarane tawasul langka hadise. Ngono jarane tawasul istighosah langka dalile (Sudah begitu tawasul dianggap tidak ada haditsnya. Sudah begitu tawasul dan istighotsal dianggap tidak ada dalilnya). Malah (orang yang menganggap itu) nyuruh kita kembali kepada hadits. Wong ini yang kita lakukan berdasarkan hadis," tegas Babah Najib.

Kiai lulusan S3 Maroko itu menuturkan, bahwa kisah itu tertera dalam Kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Ia mengingatkan kepada mereka yang sering disibukkan dengan mensyirik-syirikkan, menyalahkan, amaliah NU seperti tawasul untuk  berhenti dan ngaji lagi kepada kiai.
 
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah 02 Benda, Brebes, itu melanjutkan kisah cerita sahabat yang melakukan tawasul kepada Kanjeng Nabi. Dulu pada masa sahabat mereka sering meminta langsung kepada Nabi. Salah satunya Abu Hurairah.

Abu Hurairah pernah sowan kepada Kanjeng Nabi yaitu curhat hafalan haditsnya karena sering hilang dari ingatan atau mudah lupa. Padahal Abu Hurairah sering menerima hadis dari nabi, bahkan jumlahnya sudah banyak tapi selalu hilang dari ingatan. 

Akhirnya  Nabi meminta sorbannya Abu Hurairah untuk digelar di depan nabi, setelah itu Nabi menempelkan tangannya di atas sorban itu. Setelah itu Nabi meminta sorbannya untuk ditempelkan di dadanya Abu Hurairah. Kemudian Abu Hurairah tidak pernah lupa lagi, sebanyak apa pun hadits yang telah di hafal tidak ada satupun hadis yang hilang dari hafalannya. Ini salah satu kecerdasannya Abu Hurairah karena tawasul kepada Nabi. 

"Pertanyaannya, kenapa Abu Hurairah datangnya kepada Kanjeng Nabi? Kenapa? Karena keyakinannya Abu Hurairah bahwa Kanjeng Nabi orang yang punya derajat tinggi di hadapan Gusti Allah. Doanya makbul," tegas Babah Najib. 

Ia juga mengajak kepada para jamaah untuk sering-sering tawasul kepada Kanjeng Nabi dengan perbanyak shalawat. Apalagi ketika mempunyai masalah dalam hidupnya apa pun itu bentuknya untuk meminta solusi kepada Kanjeng Nabi.
 
Ia juga menjelaskan dalam pengajiannya itu dalam Kitab Mafahim Yajibu Antusohhah tentang kisah Abu Hurairah ketika meminta bantuan kepada Nabi. Seandainya Nabi salah, pasti Nabi menolak membantu Abu Hurairah. Tetapi Nabi tidak menolak malah membantu.
 
Inilah bentuk tawasul karena Nabi mampu melakukan itu. Karena Kanjeng Nabi di situ sebagai media perantara orang yang paling dekat dengan Allah, sehingga doanya dikabulkan. Itu artinya menurut Babah Najib bahwa ketika orang meminta kepada Nabi, pasti Nabi membantu.

Kontributor: Erik Alga Lesmana
Editor: Kendi Setiawan