Daerah KONFERENSI MWCNU SUMBERSARI

KH Ahmad Nasihin: Perjuangkan dan Hidupkan NU

NU Online  ·  Senin, 18 Mei 2009 | 00:52 WIB

Jember, NU Online
NU harus diperjuangakan dan dihidupkan. Sebab, NU adalah organisasi yang menyiarkan nilai-nilai ahlussunnah wal jama’ah, warisan dari para ulama yang sangat mulya dan dicintai Allah.

Karena itu, NU harus dilestarikan, diperjuankan serta dihidupkan. Demikian salah satu butir sambutan Wakil Rais Syuriah PCNU Jember, KH Ahmad Nasihin saat memberikan sambutan dalam Konferensi MWC NU Sumbersari, di Pondok Pesantren Darul Hikmah, Kranjingan, Sumbersari, Ahad (17/5).<>

Menurut Kiai Nasihin, adalah suatu kewajiban bagi generasi NU masa kini untuk memperjuangkan missi NU sebagaimana telah menjadi tekad para pendirinya. Tanpa perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh, lambat laun ajaran NU yang berhaluan ahlussunnah wal jama’ah, akan terkikis. Lebih-lebih di jaman sekarang ini begitu banyak alian baru yang muncul. “Jadi mari kita semua berlomba-lomba menghidupkan NU. Bukan sebaliknya,” tukasnya.

Ia juga berpesan kepada para kader NU agar menjaga kerukunan antar sesama umat Islam, khususnya antar warga NU. Untuk itu, Kiai Nasihin menyitir kata-kata ulama sufi, yang intinya agar manusia selalu ingat dua hal dan lupa dua hal. Yaitu, ingat kebaikan orang lain, dan ingat kejelekan diri sendiri. Lupa kesalahan orang lain, dan lupa kebaikan diri sendiri. “Kalau itu kita terapkan, insyaallah kita selalu rukun,” harapnya.

Dalam konferensi tersebut,  Ustadz Musa terpilih sebagai Ketua  MWCNU Sumbersari setelah menang dalam hajatan lima tahunan itu. Dalam pemilihan tersebut, pengusaha alat-alat persewaan hajatan itu, meraup 5 suara, sedangkan Ahmad Rasyidi mendulang 3 suara, dan sisanya untuk KH. Misrawi (ketua lama), Misbahur Munir dan Ust. Sattar masing-masing satu suara.

Sebelumnya para ranting NU juga telah memilih Rais Syuriah. KH. Ahmad Nasihin kembali mendapat suara aklamasi. Namun kiai murah senyum itu tidak bersedia dipilih lagi sebagai Rois Syuriah MWCNU, karena sudah menjadi pengurus NU kabupaten. Akhirnya, peserta memasrahkan kepada Kiai Nasihin untuk menunjuk penggantinya. Maka kemudian disepakati kursi Rais Syuriah diberikan kepada H. Hasan Basri.

“Saya harus tahu diri, saya sangat sibuk mengurusi pesantren, tapi saya akan tetap membantu NU,” jelasnya (ary).