Daerah MAULID NABI

KH Abdul Hai Naim Membagi Warisan Untuk Jamaah

Sel, 19 Februari 2013 | 06:54 WIB

Depok, NU Online
Suatu pagi di salah satu gang di Jl Raya Margonda, yakni Gg. Mahali, jalan yang sering dilalui pekerja dari Jakarta ke Depok mau pun Bogor dan area yang ramai dengan kos-kosan serta apartemen mahasiswa UI; Universitas Gunadarma dan lainnya, diselenggarakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Al Khairatul Islam, tepatnya pada  Ahad (17/2). 
<>
Alunan sholawat diringi tabuhan rebana membahana ke seantero gang di hari Ahad pagi itu. Ibu-ibu berdatangan dan anak-anak pun tampak senang. Setelah pembukaan dan seorang penceramah menyampaikan ilmunya, seorang penceramah satu lagi yang sudah sepuh membungkus ceramahnya dalam bentuk cerita. 

Ceramah KH Abdul Hai Naim yang kharismatik dan humoris yang sejak mula telah membuat hadirin tersenyum-senyum senang. 

Orang mati ninggalin warisan; ninggalin hutang; iuran arisan; baju-baju yang belum lunas, akan tetapi Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan warisan semacam itu: dinar, dirham, apalagi kos-kosan. Namun meninggalkan dua diantaranya yaitu: Al Quran dan Al Hadits (Sunnah Rosulullah). Semua boleh mengambil dan tak terbatas jumlahnya. 

Ia mengisahkan, suatu waktu Abu Hurairah melihat masjid, rupanya sepi hanya ada (sekitar) 5 orang. Sementara di pasar begitu ramai. KH Hai Naim Membantu fantasi hadirin dengan adanya tahu dan jajanan pasar lain dalam pasar tersebut. Apa yang dicari orang-orang kecuali untung, padahal belum tentu di situ selalu untung. 

Abu Hurairah berpikir bagaimana orang-orang mau ke masjid. Disampaikanlah oleh Abu Hurairah pada khalayak pasar bahwa ada pembagian warisan di masjid. Kontan orang-orang pada meninggalkan pasar dan pergi ke masjid. Saat tiba, tak dirasa dijumpai apa yang dikatakan Abu Hurairah kecuali orang-orang yang sedang di masjid. 

Diantara mereka ada yang mencari-cari Abu Hurairah untuk bertanggung jawab atas ucapannya. Abu Hurairah pun menjelaskan warisan yang dimaksudkannya. 

Dengan gaya bahasa yang biasa dituturkan masyarakat, Kyai Hai Naim menganjurkan “Mau paham atau kagak, baca (Al Qur’an).” Kalau tidak, siapa lagi yang memuliakan Al Qur’an.

Dikuburan jadi penghibur. 
Membaca Surah At Tabarak (Al Mulk) sebelum tidur 
bisa menyelamatkan pembacanya dari siksa kubur. 
Membaca Surah Al Waqiah, yang bisa disebut surah Kaya, 
bisa menggampangkan rizqi pembacanya. 

KH Hai Naim menutup ceramah komunikatifnya sesaat setelah menerangkan cerita singkat mengenai suara yang muncul dari bawah tanah kuburan orang yang dahulunya sering membaca At Tabarak. 

Maulid, yang menurut Syarifuddin Ahmad, diadakan oleh DKM Masjid dan Pengurus Ranting Nahdlatu Ulama ini masih melangsungkan ceramah lain yang bisa digali ilmunya. Maulid sebagai Ijmaun Nas (pengumpulan manusia) yang berfungsi merekatkan silaturrahim dan kemudian diharapkan memberikan rahmat di sela-selanya, adalah juga tempat mengais ilmu dari ulama, warisan nabi yang lain.  


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Ana A Farihah