Kudus, NU Online
Dalam rangka satu abad Qudsiyyah Menara Kudus, Mutakhorijin Madrasah Qudsiyyah di Semarang (Maqdis) bekerja sama dengan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementrian Agama RI menggelar bedah buku "Kyai tanpa Pesantren: Potret Kyai Kudus" di Hotel @Hom Kudus, Sabtu (2/4).
Acara yang berlangsung pukul 14.00 Wib itu dihadiri Abdurrahman Mas'ud (penulis), Prie GS (budayawan), dan dosen hukum Universitas Diponegoro Semarang, Hasyim Asyari.
Menurut Abdurrahman, kota Kudus memiliki corok yang unik, di mana banyak kiai yang memiliki nama besar tapi tidak memiliki pondok pesantren.
"di Kudus banyak kiai yang memiliki nama besar tetapi tidak memiliki pondok pesantren, atau memiliki pondok pesantren tetapi tidak bisa menandingi nama besar sosok sang kiai," terangnya.
Alumni Madrasah Qudsiyyah ini menjelaskan, banyak sekali keberadaan kiai-kiai tanpa pesantren di Kudus yang memiliki keilmuan yang beragam.
"Keilmuan para kiai itu variatif meliputi banyak keilmuan seperti ahli bidang Al-Qur'an, hikmah, tarikat, fiqih, dan sebagainya, yang melengkapi antara satu dengan yang lainnya," papar Kepala Litbang Kemenag ini.
Sementara itu, kiai yang menjadi pokok pembahasan dalam buku ini diantaranya, KH Sanusi, KHR Asnawi, KH Abdul Jalil al-Falaky, K Mawardi, KH M Arwani Amin, KH Yahya Arief, KH Turaikhan Adjhuri, KH Ma'ruf Asnawi, KH M Ma'ruf Irsyad, dan KH M Sya'roni Ahmadi.
Madrasah Qudsiyyah Menara Kudus merupakan madrasah salaf yang didirikan oleh KHR Asnawi Kudus, salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama dari Kudus. Madrasah Qudsiyyah resmi berdiri pada tahun 1337 H. (Yusrul Wafa/Zunus)