Daerah

Ketua PMII IKIP Mataram Ciptakan Sabun Cuci Ramah Lingkungan

Rab, 4 September 2019 | 02:00 WIB

Ketua PMII IKIP Mataram Ciptakan Sabun Cuci Ramah Lingkungan

Sabun cuci piring produksi kader PMII Mataram, NTB

Mataram, NU Online
Ketua Rayon PMII Budi Utomo Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) Institut Keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP) Kota Mataram Agus Mulia Bakti memanfaatkan waktu luangnya di sela-sela kuliah membuat usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan warga.
 
Agus kepada NU Online, Selasa (3/9) malam menceritakan, saat ini dirinya tengah memproduksi sabun cuci ramah lingkungan yang terbuat dari dari limbah kulit udang sebagai antibakteri alami. Dia memilih kulit udang karena NTB adalah penghasil udang terbesar kedua di Indonesia.
 
"Banyaknya limbah kulit udah di Mataraam dan sekitarnya menginspirasi saya untuk membuat sabun cuci piring yang ramah lingkungan," ujarnya.
 
Ke depan lanjutnya juga dicoba dari bahan sisik ikan, cangkang bekicot, cangkang kepiting, dan rajungan untuk menjadi bahan tatapnya dengan nama Chitolight.
 
Pria kelahiran Kabupeten Lombok Timur pada tanggal 2 Agustus 1999 ini menjelaskan, sabun cair hasil karyanya tersebut ramah lingkungan. "Ini dijamin ramah lingkungan, tidak seperti yang lain," jelasnya.
 
Dijelaskan, sabun terbuat dari limbah kulit udang dengan kandungan sekitar 70% mengandung kitin, sisanya mengandung protein, dan mineral. Kulit ini adalah jenis polisakarida terbanyak kedua di bumi setelah selulosa.
 
"Kitin ini banyak manfaatnya di bidang kosmetik dan lain-lain," terang anak kedua dari dari pasangan Mahmuludin dan Nurlaila Azwini ini.
 
Kitin lanjutnya, juga banyak ditemukan pada rajungan, cangkang kepiting, dan lain-lain. Namun yang paling banyak mengandung kitin yakni kulit udang, kulit udang juga melimpah di NTB karena NTB adalah penghasil udang 2 terbesar di indonesia. 
"Inovasi ini juga sejalan dengan program pemerintah NTB yakni Zero Waste" terangnya.
 
Dia juga sedikit menceritakan bahwa olahannya tersebut sebelum diolah menjadi formulasi sabun cuci piring, kitin ini diturunkan menjadi kitosan melalui proses 'deasetilasi'. Setelah proses itu, kitosan bisa digunakan untuk bahan antibakteri. 
 
"Kitosan juga dapat menyerap lemak, minyak, logam berat, dan zat yang berpotensi sebagai toksis lainnya pada lingkungan," paparnya. 
 
"Nah kenapa bisa ramah lingkungan? Ketika sabun cuci piring ini kita gunakan, air sisa pencucian piring dibuang ke selokan karena air sisa tersebut masih mengandung kitosan, maka sabun cuci yang saya buat dapat bermanfaat bagi lingkungan untuk menghilangkan zat-zat yang berpotensi sebagai toksis tersebut," imbuh pria Semester 3 Pordi Fisika IKIP Mataram ini.
 
Lebih jauh dia menjelaskan bahwa saat ini sudah banyak masyarakat yang tertarik dan menggunakan olahannya khususnya masyarakat sekitar.
 
Dia juga berharap bisa memproduksi lebih banyak lagi namun saat ini terkendala dengan modal. Yang berminat juga bisa menghubungi dirinya melalui nomor Hp: +62 878-7878-7523 atas nama Agus.
 
Kontributor: Hadi
Editor: Muiz