Daerah

Kenang Pendiri, Pesantren Fathul Huda Demak Terbitkan Biografi 

Sen, 16 Maret 2020 | 02:00 WIB

Kenang Pendiri, Pesantren Fathul Huda Demak Terbitkan Biografi 

Buku biografi pendiri Pesantren Fathul Huda Demak, Jateng (Foto: NU Online/Samsul Huda)

Demak, NU Online  
Pesantren Fathul Huda Sidorejo, Sayung, Demak, Jawa Tengah menerbitkan buku tentang riwayat hidup almarhum KH Ma'shum Mahfudzi yang pada hari Rabu (18/3) akan peringati hari wafatnya (haul) ke-15.
 
Koordinator Publikasi Panitia Haul ke-15 KH Ma'shum Mahfudzi, M Taslim mengatakan, almarhum adalah pendiri Pesantren Fathul Huda yang berada di wilayah Dukuh Karanggawang, Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
 
"Melalui lembaga pesantren inilah Mbah Ma'shum mendakwahkan Islam, mengajar ngaji syariat, ngaji thariqah, dan mendidik akhlak masyarakat di Sayung dan sekitarnya," kata Gus Taslim di Demak, Ahad (15/3).
 
Menurutnya,  almarhum Mbah Shum biasa dipanggil, merupakan putra dari pasangan suami-istri KH Ahmad Yasir - Nyai Aminah. Lahir pada tahun 1929 di dukuh Katanggawang. 
 
Disampaikan, saat kanak-kanak hingga menjelang remaja Mbak Ma'shum kecil  mendapat pendidikan langsung dari orang tuanya. 
 
Saat berusia 12 tahun oleh orang tuanya, dipondokkan di Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak di bawah asuhan KH Muslih Abdurrahman, Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah dan salah seorang pendiri Jam'iyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah An-Nahdliyah.
 
"Dari Mranggen, Mbah Shum berturut-turut melanjutkan nyantri pesantren Kauman Jekulo Kudus, Darul Ulum Tayu Pati dan Bendo Pare Jatim. Pulang dari nyantri (1957) langsung mendirikan pondok dan diberi nama Fathul Huda di tanah kelahirannya," jelas Taslim.
 
Dia menambahkan, merasa masih haus ilmu, Mbah Shum nyantri lagi ke Futuhiyyah dan mendalami ilmu thariqah hingga dibaiat sebagai Khalifah TQN oleh gurunya, Kiai Muslih Mranggen.

"Setelah selesai menjalani bimbingan thariqah, Mbah Shum kembali ke tanah kelahirannya membimbing masyarakat yakni mengajarkan ilmu syariat dan Thariqah di pesantrennya," ungkapnya. 
 
Berkat ketekunannya lanjut Taslim, pesantren berkembang pesat, jumlah santri baik ngaji syariat maupun thariqah dari berbagai daerah di Jateng berdatangan untuk memperoleh bimbingannya.
 
"Pengabdian Mbah Shum kepada masyarakat terhenti pada tahun 2005. Kiai yang sangat dicintai santri dan nahdliyin dipanggil menghadap Allah SWT," bebernya.
 
Disampaikan, warisaannya berupa pesantren bersama madrasah diniyahnya dan lembaga pendidikan formal dari TK hingga Aliyah serta pengajian TQN dilanjutkan putra putri dan dan santri-santrinya.
 
Dikatakan, buku tentang riwayat hidup Mbah Shum yang ditulis M Amsar Roedi yang juga alumni Pesantren Fathul Huda itu diluncurkan di sela rangkaian acara haul yang berlangsung hari Ahad-Selasa  (15-17/3) dengan agenda kegiatan berupa khatmil Qur'an di pondok dan komplek makam.
 
"Pesertanya para santri dan peserta didik dari pesantren dan lembaga pendidikan yang dikelola alumni pesantren Fathul Huda dan para santri Fathul Huda bersama masyarakat," jelasnya.
 
Sedangkan acara puncak haul dijadwalkan hari Rabu (18/3) agendanya khatmil Qur'an dan bahtsul masail oleh santri dan alumni pesantren Fathul Huda serta  pengajian Akbar di komplek Makam. 
 
Mudir Idarah Aliyah Jam'iyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman) yang juga Pengasuh Pesantren Ad-Dainuriyah II Semarang KH Dzikron Abdullah akan memberikan taushiyah di majelis ini. 
 
Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz