Keluhan Pengemudi Ojol di Yogyakarta Imbas BBM dan Sepi Orderan
NU Online · Kamis, 22 September 2022 | 05:00 WIB
Jakarta, NU Online
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) resmi menaikkan tarif baru ojek online (ojol) sebagai penyesuaian atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Ketetapan tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) Nomor KP 564 Tahun 2022.
Kebijakan kenaikan tarif ojol tersebut tak lantas membantu. Hal ini diungkapkan oleh seorang pengemudi ojek online di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tri Aji Pranoto. Ia merasakan getah dari kenaikan harga BBM subsidi yang berlaku sejak 3 September 2022 lalu.
Menurutnya, kenaikan harga BBM subsidi itu kian mengurangi penghasilan bersih hariannya. “Dengan naiknya harga BBM semakin mengurangi pendapatan bersih kami para driver apalagi di saat orderan jarak jauh itu sangat merugikan dikarenakan tarifnya tak beda jauh dengan jarak dekat,” kata Aji kepada NU Online, Rabu (21/9/2022).
Meski pemerintah telah menyiasati kebijakan kenaikan BBM dengan menaikkan tarif kendaraan online, ia menilai kebijakan tersebut justru membuat penurunan jumlah order per hari. Selain itu, potongan yang diambil mitra pengemudi pun membengkak, nyaris mencapai 50 persen.
“Kebijakan Kemenhub menaikkan tarif ojol menurut saya malah tambah mempersulit untuk mendapatkan orderan karena kurangnya minta para customer membuat orderan semakin sepi. Potongan biaya tarif dari aplikator mencapai hampir 50 persen-nya,” ungkap Aji.
Padahal, sebelum kenaikan harga BBM terjadi, ia mengatakan bahwa modal awal yang dikeluarkan hanya Rp24 ribu untuk mengisi bensin full tank, dengan estimasi 12 order perharinya.
“Untuk saat ini, motor saya isi (jika diisi bensin) full mencapai Rp32 ribu,” katanya.
Kenaikan harga BBM sekaligus tarif ojol ini dianggapnya kian memperparah situasi. Pasalnya, bahkan sejak sebelum diterbitkan dua kebijakan tersebut, orderan harian yang ia dapatkan telah menyurut dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
“Sebelum BBM naik sudah sepi orderan seiring banyaknya perekrutan ojol secara terus-menerus. Sehari maksimal 15 orderan dari pagi sampai malam,” terangnya.
Nahasnya, kini ia hanya mampu menerima 8 pesanan per hari.
“Sehari paling sekitar 7 sampai 8, itu juga dari siang sampai malam, dengan potongan ongkir yang sangat besar membuat pendapatan bersih ojol semakin sedikit,” jelas dia.
Selain itu, skema insentif bonus oleh aplikator jasa transportasi online pun dirasa kian rumit.
“Masih ada insentif tapi tidak sebesar dulu dan untuk mendapatkan insentif perlu target pencapaian poin yang sangat sulit didapat karena banyaknya aturan dan tolok ukur dari aplikator,” pungkasnya.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua