Daerah

Keberagaman Indonesia, Tantangan Pemuda Milenial

NU Online  ·  Rabu, 28 November 2018 | 00:30 WIB

Surabaya, NU Online
Peran pemuda milenial strategis dalam memberdayakan bangsa demi kemajuan Indonesia. Hal ini memerlukan dukungan mental maupun pemerintah yaitu fasilitas. 

Hal ini mengemuka dari kegiatan Pra Temu Nasional XI BEM Nusantara di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Diharapkan pemuda milenial mampu melanjutkan perjuangan para pahlawan dalam menjaga keberagaman yang ada di Tanah Air.     

I Gusti Putu Raka Pariana mengemukakan ada ciri pemuda milenial. Yakni harus bisa mempersamakan persepsi untuk menghargai keberagaman. Juga spontanitas dalam berkontribusi, serta ikut berpartisipasi langsung dalam segala kegiatan baik nasional maupun internasional. 

“Selain itu, berbagai program Kemenpora turut menopang seperti wawasan kebangsaan, dan bela negara,” kata Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda (Menpora) ini, Selasa (27/11). 

Hal tersebut disampaikannya pada diskusi dengan sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia di jalan Ketintang Gayungan Surabaya, Jawa Timur.

“Jadi, kita pilih pemuda terbaik di Indonesia untuk bergabung dalam program yang sudah kami paparkan,” kata Raka, sapaan akrabnya. 

Apapun bidang yang ditekuni pemuda, Kemenpora siap memfasilitasi. “Kami menunggu inisiatif, kreativitas dan inovasi pemuda milenial untuk dikembangkan ke tingkat nasional bahkan internasional,” ungkapnya.  

Acara bertajuk Menghargai Keberagaman sebagai Kontribusi Nyata Anak Bangsa untuk Negeri ini juga ditanggapi baik Anggia  Ermarini. 

“Keberagaman perlu belajar bersama, saling mengenal dan menghormati sesama. Oleh sebab itu, peran pemuda sangat strategis dalam memperjuangkan keberagaman,” kata Staf Khusus Menteri Pemuda dan Olahraga ini.

Dia menyatakan keberagaman di Indonesia menjadi tantangan pemuda milenial. Dan pancasila menyatukan segalanya. “Jika ada orang yang mengoyak Indonesia, maka pemudalah yang  pertama menghadapi karena menjadi garda depan demi mempertahankan bangsa,” jelas Anggia.

Bagi Anggia tidak menyebarkan kabar bohong atau (hoaks) juga salah satu cara Indonesia agar lebih baik dan menjadi bangsa berkualitas. “Tidak menyebarkan virus negatif seperti memilah dan memilih berita yang akurat sesuai fakta dan berimbang,” tandasnya. (Ibnu Nawawi)