Daerah

Jelang Pilkada, IKA PMII Jember Imbau Tinggalkan Politik Pragmatis

Ahad, 6 Desember 2020 | 23:00 WIB

Jelang Pilkada, IKA PMII Jember  Imbau Tinggalkan Politik Pragmatis

Ketua PC IKA PMII Jember Jawa Timur, Akhmad Taufiq. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Ikatan Keluarga Alumni (PC IKA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jember Jawa Timur, Akhmad Taufiq menegaskan pentingnya  penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jember  menjunjung tinggi prinsip demokrasi yang jujur dan adil  demi terwujudnya pemimpin  yang amanah, dan mampu membawa perbaikan fundamental bagi kehidupan warga Jember .


“Untuk itu, kami menyerukan dengan sangat agar KPUD dan Bawaslu Jember, betul-betul dapat menjamin dan memastikan proses pemilihan bupati dan wakil bupati dapat berjalan secara jujur dan adil,” tuturnya di sela-sela Rapat Koordinasi Cabang  IKA PMII di Sekber IKA-PMII Jember, Sabtu (5/12).


Dosen Universitas Jember itu berharap agar kata-kata jujur dan adil yang selalu menghiasi perhelatan politik, tidak dipandang sebagai jargon yang sudah usang, namun diterapkan dalam pelaksanaan Pilkada. Sebab dari dua kata itulah, pemimpin yang amanah akan dilahirkan.


“Karenanya, masyarakat juga perlu mendorong dan mendukung  terjadinya Pilkada yang jujur dan adil,” harapnya.


Taufiq juga mengimbau agar masyarakat Jember pada tanggal 9 Desember 2020 dapat menggunakan hak pilihnya secara baik dan cerdas, dengan mengedepankan pertimbangan rasional dan azas manfaat sekaligus mengenyampingkan pertimbangan yang bersifat pragmatis. Hal ini penting dan fundamental karena menyangkut pertaruhan masa depan Jember.


“Politik pragmatis sudah waktunya kita tinggalkan, karena sulit bahkan tidak mungkin menghasilkan pemimpin yang  amanah. Gunakan hak pilih kita dengan penuh tanggung jawab,” ungkapnya.


Wakil Ketua PCNU Jember itu menegaskan bahwa beda pilihan dalam Pilkada  adalah suatu yang lumrah.  Karena beda maka persaingan juga akan terjadi. Namun seberapa besarpun perbedaannya dan sesengit apapun persaingannya, tapi kerukunan tak boleh tergerus.


“Warga NU juga begitu. Pasti terjadi polarisasi dukungan dalam Pilkada ini. Tapi perbedaan itu tidak seharusnya membuat  kita terpecah, apalagi bermusuhan,” harapnya.


Dikatakannya, perbedaan pilihan politik hampir selalu terjadi di warga NU saat menghadapi ajang politik. Hal ini karena memang NU mempersilahkan warganya menggunakan hak politik masing-masing.


“Namun yang patut disyukuri bahwa  selama ini perbedaan pilihan politik itu tidak sampai mengorbankan kerukunan dan persaudaraan,” ungkapnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin