Daerah

Jangan Kampanye dengan Cara Jahiliyah

NU Online  ·  Rabu, 9 Januari 2019 | 03:00 WIB

Jangan Kampanye dengan Cara Jahiliyah

Nurul Ghufron paling kiri (pegng mic)

Jember, NU Online
Saling menghargai  dalam pilihan politik yang berbeda adalah inti demokrasi. Tanpa adanya sikap saling  menghargai, maka demokrasi akan kehilangan maknanya. Demikian  disampaikan Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember, Nurul  Ghufron  saat menjadi nara sumber dalam  Seminar Kebangsaan di gedung Soetarjo, Kampus Universitas Jember, Selasa (8/1).

Menurutnya,  kampanye adalah bagian tak terpisahkan dari proses demokrasi. Kampanye yang merupakan ajakan untuk memilih, tidak boleh dicederai dengan kata-kata yang tidak semestinya, lebih-lebih dilakukan oleh umat Islam.

“Jangan berkampanye dengan cara-cara jahiliyah, hanya memaki-maki, mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, menebar hoaks dan sebagainya. Itu tidak baik, dan itu bukan akhlaq yang diajarkan Rasulullah,” tukasnya.

Ia menambahkan, saling mengajak adalah biasa dalam demokrasi. Tidak elok jika kemudian hak mengajak seakan-akan hanya dimiliki oleh satu kelompok, sementara kelompok lain tidak dianggap tak berhak. Dikatakannya, merasa benar sendiri adalah penyakit yang cukup membahayakan bagi proses demokrasi.  Sebab, sikap tersebut  cenderung menganggap diri dan kelompoknya yang paling hebat dan paling benar.  Sedangkan yang  lain salah.

“Misalnya, kalau mimilih A disebut paling Islam, sementara kalau memilih B disebut tidak Islam atau kafir. Kalau partai A dianggap partai Allah, sedangkan kalau partai B dikatakan partai syetan. Itu tidak benar.  Apapun pilihannya  itu adalah ijtihad politik dengan tujuan sama, yakni untuk melahirkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya (Red: Aryudi AR)