Jember, NU Online
Saling menghargai dalam pilihan politik yang berbeda adalah inti demokrasi. Tanpa adanya sikap saling menghargai, maka demokrasi akan kehilangan maknanya. Demikian disampaikan Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember, Nurul Ghufron saat menjadi nara sumber dalam Seminar Kebangsaan di gedung Soetarjo, Kampus Universitas Jember, Selasa (8/1).
Menurutnya, kampanye adalah bagian tak terpisahkan dari proses demokrasi. Kampanye yang merupakan ajakan untuk memilih, tidak boleh dicederai dengan kata-kata yang tidak semestinya, lebih-lebih dilakukan oleh umat Islam.
“Jangan berkampanye dengan cara-cara jahiliyah, hanya memaki-maki, mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, menebar hoaks dan sebagainya. Itu tidak baik, dan itu bukan akhlaq yang diajarkan Rasulullah,” tukasnya.
Ia menambahkan, saling mengajak adalah biasa dalam demokrasi. Tidak elok jika kemudian hak mengajak seakan-akan hanya dimiliki oleh satu kelompok, sementara kelompok lain tidak dianggap tak berhak. Dikatakannya, merasa benar sendiri adalah penyakit yang cukup membahayakan bagi proses demokrasi. Sebab, sikap tersebut cenderung menganggap diri dan kelompoknya yang paling hebat dan paling benar. Sedangkan yang lain salah.
“Misalnya, kalau mimilih A disebut paling Islam, sementara kalau memilih B disebut tidak Islam atau kafir. Kalau partai A dianggap partai Allah, sedangkan kalau partai B dikatakan partai syetan. Itu tidak benar. Apapun pilihannya itu adalah ijtihad politik dengan tujuan sama, yakni untuk melahirkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya (Red: Aryudi AR)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Maulid Nabi dan 4 Sifat Teladan Rasulullah bagi Para Pemimpin
2
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Bulan September 2025
3
DPR Jelaskan Alasan RUU Perampasan Aset Masih Perlu Dibahas, Kapan Disahkan?
4
Pengacara dan Keluarga Yakin Arya Daru Meninggal Bukan Bunuh Diri
5
Khutbah Jumat: Menjaga Amanah dan Istiqamah dalam Kehidupan
6
Gus Yahya Ajak Warga NU Baca Istighfar dan Shalawat Bakda Maghrib Malam 12 Rabiul Awal
Terkini
Lihat Semua