Jaga Umat dari “Hoax”, Dakwah Tarekat Harus Manfaatkan Teknologi
NU Online · Ahad, 22 Januari 2017 | 16:13 WIB
Musyawarah Wilayah Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) DKI Jakarta diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan di antara tarekat yang ada. Selanjutnya, tarekat-tarekat tersebut harus membuktikan peran dalam membangun peradaban masyarakat yang kokoh.
Hal itu disampaikan Ketua JATMAN DKI Jakarta KH Wahfiudin Sakam pada Muswil JATMAN DKI Jakarta, di Masjid Al-Hikmah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad (22/1).
Menurutnya, dalam memperkokoh peradaban masyarakat, terdapat sejumlah tantangan. Tantangan pertama adalah pesatnya pertumbuhan penduduk. Kiai Wahfiudin menyebut pada tahun 1945, ketika Indonesia baru merdeka, jumlah penduduk Indonesia hanya 66 juta jiwa. Saat ini jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 257 juta jiwa. Dan tahun 2025 nanti diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai 285 juta jiwa.
"Dari 257 juta jiwa tersebut, penduduk Muslim diperkirakan berjumlah 240 juta jiwa. Oleh karena itu, saya selalu mengingatkan pertumbuhan baik melalui teman-teman di MUI maupun LDNU, agar melakukan persiapkan melalui kaderisasi untuk dapat melayani umat Muslim tersebut," urai Kiai Wahfiudin.
Tantangan kedua, lanjut Kiai Wahfiudin, adalah adanya arus urbanisasi besar-besaran. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1980, warga yang tinggal di perdesaan mencapai 80 persen. Tahun 2010 masyarakat yang tinggal di pedesaan habya mencapai 45 persen, sementara 55 persennya tinggal di perkotaan.
"Hal itu menyebabkan sempitnya lahan dan perumahan. Akibatnya banyak keluarga yang tinggal di rumah kecil, dan anak-anak yang belum waktunya, jadi tahu proses hubungan suami istri," lanjutnya.
Belum lagi pengangguran, sosial, saya, narkoba, yang juga menjadi persoalan. Berikutnya yang perlu dicermati adalah perkembangan internet dan handphone. Artinya sebagian besar masyarakat menggunakan internet dan handphone.
"Menariknya, berdasarkan hasil penelitian The Wahid Institute, hanya 3,5 persen dari pengguna internet yang mengakses informasi keagamaan. Entah karena kurangnya minat pengguna internet terhadap informasi keagamaan, atau kurangnya ketersediaan informasi keagamaan," ungkap Kiai Wahfiudin.
Jika persoalannya adalah kurangnya ketersediaan informasi keagamaan di internet, maka begitu luas kesempatan bagi tarekat untuk menyediakan konten keagamaan tersebut.
"Tarekat harus memanfaatkan teknologi digital. Jangan sampai umat justru lebih akrab dengan banyaknya infomasi “hoax”," tegas Kiai Wahfiudin. (Kendi Setiawan/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
4
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Jamaah Diimbau Hindari Sebar Video Menyesatkan, Bisa Merusak Ibadah Haji
Terkini
Lihat Semua