Islam Nusantara bukanlah sebuah teori yang dibumbui dengan retorika panjang. Bukan pula suatu narasi yang membutuhkan intelektualitas tinggi. Pemahaman-pemahaman seperti itu sama sekali tidak memberikan arti tentang Islam yang berkembang di tanah Ibu Pertiwi. Islam Nusantara adalah soal rasa.
Demikian diungkapkan Penulis Buku Agama NU untuk NKRI KH Ahmad Baso dalam Latihan Kader Utama (Lakut) Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Barat, di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Ahad (6/5) dini hari.
"Soekarno yang sekolah tinggi di Belanda, menguasai belasan bahasa asing, cerdas intelektual sangat luar biasa, tapi ternyata dia merasa seperti ada yang kurang dalam jiwanya," kata Kiai Baso.
Dalam pengembaraannya beberapa kali, Bung Karno mengunjungi pesantren yang ada di tanah Jawa. Pada suatu ketika, dirinya diminta oleh seorang kiai untuk melakukan tirakat selama tiga bulan. Bung Karno patuh, karena demi kepentingan membangun NKRI.
"Bung Karno menyanggupi tirakat itu. Jadi sebenarnya, Islam Nusantara itu sudah ada jauh-jauh hari sebelum Muktamar NU di Jombang beberapa waktu lalu itu," katanya.
Gamelan dan Masjid
Kiai Ahmad Baso berkisah, suatu hari Bung Karno menemui KH Chudlori untuk meminta pendapat mengenai lebih maslahat mana, membeli gamelan atau membangun masjid di tengah masyarakat saat itu.
Permintaan pendapat Bung Karno itu agar diberi pencerahan oleh KH Chudlori karena ketika itu sebagian besar masyarakat masih belum mengenal Islam.
Namun dengan kebijaksanaannya, KH Chudlori mengatakan bahwa lebih baik membeli gamelan daripada membangun masjid. Ia menekankan kepada azas manfaat dan maslahatnya.
"Kalau membangun masjid, tapi masjidnya kosong untuk apa? Lebih baik membeli gamelan dan digunakan untuk berdakwah melalui kesenian, kemudian setelah masyarakat tercerahkan dengan Islam, barulah dibangun masjid," kata Kiai Ahmad Baso menggambarkan pesan KH Chudlori.
Pada saat pemaparan, Kiai Ahmad Baso terlebih dulu meminta peserta Lakut untuk memejamkan mata, dan lampu dimatikan semuanya. Ia mengajak seluruh peserta agar merenung terhadap jasa-jasa ulama dan para pendiri bangsa yang sudah sangat berjasa dalam memerdekaan NKRI.
Latihan Kader Utama dengan tema Menempa Kader Utama, Menyiapkan Pemimpin Bangsa ini berlangsung selama empat hari, Kamis-Ahad (3-6/5). Banyak tokoh-tokoh yang hadir, diantaranya Ketua PW GP Ansor Jawa Barat Deni Ahmad Haidar, Mustasyar PCNU Kabupaten Cirebon KH Abdul Hayyi, dan tokoh-tokoh NU lainnya. (Aru Elgete/Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Rais Aam PBNU dan Sejumlah Kiai Terima Penghargaan dari Presiden Prabowo
2
DPR Ketok Palu, BP Haji Kini Sah Jadi Kementerian
3
Penerapan Sumpah dan Bukti di Pengadilan Islam: Studi Qasamah dalam Kasus Pembunuhan
4
DPR-Pemerintah Sepakati RUU Haji dan Umrah Dibawa ke Paripurna untuk Disahkan
5
Wajib Selektif! Ini Tips Islam Memilih Calon Pasangan Hidup yang Tepat dan Berkah
6
Gus Faiz Sampaikan Cara Rayakan Bulan Lahir Nabi Muhammad
Terkini
Lihat Semua