Daerah

Ishari Langkah Taktis Merawat Akar Rumput

Sel, 8 Oktober 2019 | 04:30 WIB

Ishari Langkah Taktis Merawat Akar Rumput

Pengurus Ishari Banyuwangi berlatih di Masjid Roudlotus Sholihin, Kelurahan Singonegaran, Kecamatan Banyuwangi. (Foto: NU Online/M. Sholeh Kurniawan)

Banyuwangi, NU Online
Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia (Ishari) Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Ahmad Musytaha menjelaskan, ada banyak langkah yang dapat dilakukan oleh pengurus NU dalam merawat soliditas masyarakat di akar rumput, terutama nahdliyin yang berdomisili di Provinsi Jawa Timur.

"Kesenian Ishari salah satu langkah taktis upaya merawat soliditas masyarakat di grass root," kata Musytaha saat dimintai keterangan di sela-sela latihan Ishari di Masjid Roudlotus Sholihin, Kelurahan Singonegaran, Kecamatan Banyuwangi, Senin (7/10) malam.

Dia bersama puluhan anggotanya terlihat bersemangat dalam membawakan bait-bait shalawat barzanji yang diiringi rancak suara sejumlah rebana. Parade suguhan tarian rodat juga dibawakan mengiri irama shalawat dan rebana yang saling berpadu satu kesatuan menjadikan malam itu semakin syahdu.

Tarian rodat tak kalah seru dinikmati, karena kental dengan makna-makna yang terkandung dalam setiap gerakan. "Jika disimak sungguh-sungguh, maka terlihat lenggak-lenggok tangan penari seakan melukiskan kalimat tauhid. Belum lagi gerakan tepuk tangan yang menjadi jeda setiap gerakan mengikuti rebana," jelas Musytaha.

Ishari adalah lambang kesenian yang dimanifestasikan oleh para ulama sebagai rasa cinta kepada Rasulullah SAW. Sehingga kesenian asli Jawa Timur ini layak untuk terus dilestarikan generasi berikutnya.

Ditanya tentang program yang akan dijalankan selama kepemimpinannya, Musytaha berkomitmen untuk lebih membumikan kembali Ishari di masing-masing ranting se-Kecamatan Banyuwangi.

"Karena dengan perangkat ini (Ishari) mampu merangkul warga nahdliyin di akar rumput dan menjadi media syiar di tengah-tengah keringnya kearifan budaya lokal masing-masing. Terutama dalam hal pendidikan kepada kader dari pembacaan syair-syair barzanji, teknik memainkan rebana, dan tarian rodat," ujar dia menutup penjelasannya

Salah satu personil rodat Ahmad Qushoyyi menambahkan, Ishari merupakan kesenian yang memiliki ciri khas sendiri. Baik dalam irama rebana, pembacaan shalawat, hingga tarian pengiring (rodat).

"Hal yang paling sulit saat rodat bagaimana memadukan antara gerakan badan dengan irama ketukan rebana. Apalagi berbicara penyeragaman gerakan antara satu dengan lainnya. Karenanya butuh jam terbang untuk terus latihan dan konsentrasi, sebab setiap empat bait ganti gerakan," ungkap Qushoyyi.

Qushoyyi sendiri mengaku aktif dalam kesenian Ishari sejak tahun 1983an. Dalam kenangan dia tempo itu, Ishari memiliki panggung utama yang dinanti oleh masyarakat. Baik di kalangan muda maupun tua. Baik kalangan pria ataupun wanita.

"Bersyukur hingga saat ini masih ada panggung perhatian alias kepedulian masyarakat untuk meneruskan di tengah-tengah perkembangan teknologi yang kian dinamis," pungkas Qushoyyi.

Hadir pula dalam kesempatan latihan itu, Sekretaris Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Banyuwangi, Nano Hermawan beserta jajarannya.

Nano mengapresiasi kepada segenap pengurus Ishari atas kekuatan dedikasi merawat kembali kesenian ini yang telah lama vakum di tengah-tengah masyarakat perkotaan.

"Tentunya ini menjadi pintu atau cara baru sebagai penguat ikatan warga nahdliyin kepada organisasi yang telah didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari melalui kesenian Ishari," ungkap Nano.

"Saya juga meminta kepada segenap pengurus badan otonom (Banom) dan lembaga NU untuk meningkatkan sinergitas kolaborasi program-program antar pengurus untuk menjawab permasalahan di tengah sosial kemasyarakatan," pintanya.

Sekedar diketahui, pelaksanaan musyawarah pemilihan pengurus PAC Ishari Kecamatan Banyuwangi dilaksanakan pada Rabu (2/10) di Masjid Roudlotus Sholihin, Kelurahan Singonegaran, Banyuwangi


Kontributor: M. Sholeh Kurniawan
Editor: Syamsul Arifin