Daerah

IPNU Kota Bekasi Gelar Liga Santri pada Oktober Mendatang

Sel, 10 September 2019 | 11:00 WIB

IPNU Kota Bekasi Gelar Liga Santri pada Oktober Mendatang

Pelantikan PC IPNU Kota Bkasi, Jabar

Bekasi, NU Online
Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahmad Fauzi mengatakan, ada dua agenda besar yang menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan dalam waktu dekat. Pertama, Liga Santri se-Kota Bekasi yang menjadi rangkaian dari Hari Santri pada Oktober mendatang. Kedua, Seminar Menjaga NKRI melalui Gawai. 
 
"Untuk Liga Santri se-Kota Bekasi Insyaallah akan dilaksanakan pada bulan Oktober. Kemudian untuk seminar itu akan diadakan sekitar November atau Desember," katanya.
 
Hal itu disampaikan di sela-sela pelantikan dan bedah buku PC IPNU Kota Bekasi yang diadakan di Gedung BBPLK Bekasi, Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan, pada Sabtu-Ahad (8/9).
 
Ia menjelaskan bahwa peserta dari Liga Santri se-Kota Bekasi tersebut akan diadakan untuk santri pondok pesantren dari berbagai latar belakang ormas keagamaan. Tidak hanya diperuntukan bagi pondok pesantren dari kalangan Nahdlatul Ulama saja.
 
"Selama itu pondok pesantren dan siap untuk mengirimkan delegasi untuk mengikuti Liga Santri se-Kota Bekasi, maka kita persilakan. Untuk seminar, kita sangat terbuka dan pesertanya tidak hanya untuk santri, tapi malah sasaran utama kita adalah sekolah-sekolah umum," jelasnya.
 
Lebih lanjut dikatakan, selama dirinya menjabat sebagai Ketua PC IPNU Kota Bekasi berkomitmen untuk terus membumikan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah di Bumi Patriot.
 
"Sebab, NU sendiri mengusung pemikiran yang tawasuth (moderat), tawazun (keseimbangan), dan ta'adul (berprinsip yang kuat). (Pemikiran) ini tidak hanya di kalangan atas tetapi juga harus mulai dibumikan di kalangan pelajar," kata Oji, demikian ia akrab disapa.
 
Target ke depan bagi IPNU dan IPPNU Kota Bekasi adalah mengenalkan pemahaman Aswaja An-Nahdliyah di kalangan pelajar, terutama di sekolah-sekolah umum yang selama ini belum banyak digarap.
 
"Karena berdasarkan data dari Kementerian Pertahanan, hampir 41 persen pelajar di Indonesia ini terindikan paham radikal. Sedangkan yang kami lakukan ini adalah wujud partisipasi untuk menangkal paham-paham itu di sekolah-sekolah," kata Oji.
 
Kontributor: Aru Elgete
Editor: Muiz