Daerah

IPNU-IPPNU versus Rohis, Pilih Aswaja atau Wahabi?

NU Online  ·  Sabtu, 1 Juni 2013 | 03:28 WIB

Cirebon, NU Online
Pimpinan Cabng IPNU-IPPNU bersama LP3M STID Al-Biruni Kab. Cirebon kembali menggelar Diskusi Bulanan dengan mengusung tema “IPNU-IPPNU Versus Rohis: Pilih Aswaja Atau Wahabi?” di Sekretariat IPNU-IPPNU Jl. Pengayoman Plered, Kab. Cirebon, Jum’at (31/5) siang.<>

Narasumber yang dihadirkan saat itu adalah Ust. Ja’faruddin dari LTMNU Kab. Cirebon dan Ust. Mustajib Masadi dari Pegiat Majelis Ilmiah Al-Ghadhier, Kempek, pimpinan KH. Musthofa Aqil Siroj (Katib Syuriyah PBNU).

“Diskusi kita kali ini tidak lain adalah sebagai bentuk kecintaan kita kepada para pelajar dan mahasiswa di Kab. Cirebon, agar terhindar dari ideologi fundamental-radikal. Kita sudah bersepakat untuk terus melakukan Diskusi Bulanan. Ini satu ironi, dimana saat ini, Rohis dan LDK; dua organisasi yang tergolong masih belia itu, semakin bergeliat menyusup ke sekolah-sekolah dan kampus-kampus”, ungkap Mamang M. Haerudin, Koordinator Diskusi Bulanan LP3M STID Al-Biruni dan IPNU-IPPNU Kab. Cirebon dalam uraian pengantarnya. 

Sementara dalam sesi Diskusi, Ust. Ja’faruddin menegaskan, “Memang, NU ini kental dengan Aswaja, tetapi kita miskin implementasi. Kita hanya kaya wacana, tetapi miskin implementasi. Kita butuh kesadaran dan solidaritas dari seluruh civitas keluarga besar NU—PCNU, Ansor, Muslimat, Fatayat, dll—untuk bersama konsen membentengi para pelajar dan mahasiswa. Tanpa itu kita akan kalah dengan Wahabi”.

“Wahabi memang berbahaya, apalagi yang diadopsi oleh Rohis dan LDK, keduanya malah sepintas tidak tampak bahwa mereka berideologi radikal. Kita semua mesti punya cara dan metode yang jitu untuk melawan mereka”, papar Ust. Mustajib Masadi di tengah-tengah penjelasannya. 

Diskusi yang dihadiri lebih kurang oleh 50 peserta dari kalangan pelajar maupun mahasiswa. Nur Hadi, salah seorang peserta yang juga menjadi pengurus PAC Sindang Laut juga menyampaikan pengalaman dan keprihatinannya.

“Saya, adalah orang yang dulu pernah sering ikut pengajian Wahabi. Mereka itu responsif memenuhi kesulitan umat. Saat itu saya ditawari berwirausaha asalkan saya mau ikut kelompok mereka. Mereka itu getol memotovasi orang untuk jadi militan,” tandasnya.



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Ayub Al-Anshory