Daerah

Imbas Corona, Pendapatan Pedagang Menurun Sampai 70 Persen

Jum, 3 April 2020 | 13:30 WIB

Imbas Corona, Pendapatan Pedagang Menurun Sampai 70 Persen

Dampak wabah corona, pendapatan pedagang turun drastis (Foto: NU Online/Syakir)

Cirebon, NU Online
Jalan masuk menuju Pondok Buntet Pesantren tak seramai seperti biasanya pada Jumat (3/4) sore. Padahal, Jumat merupakan hari libur di mana santri biasa keluar untuk mencari keperluan mingguan atau sekadar jajan. Ya, hal itu disebabkan sebagian besar santri dipulangkan oleh para kiai karena wabah Corona mengingat Kabupaten Cirebon menjadi salah satu zona merah.

Tak pelak, hal tersebut sangat berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar pesantren. NU Online mendatangi sebuah lapak yang menjual buku-buku di depan Buntet Mart. “Silakan dipilih saja,” begitu penjual menyambut calon pembeli pertamanya.

Feri, nama penjual, mengatakan baru mendapatkan pembeli pada hari ini, meski ia telah membuka lapaknya sejak pagi. Bahkan, dua hari lalu, ia mengaku tidak mendapat pembeli.

Saban hari, katanya, ada saja santri yang datang ke lapaknya. Mereka ada yang membeli, ada pula yang hanya membacanya. “Ya, mereka kan tidak punya uang. Saya izinkan mereka untuk membaca,” katanya.

Pria asal Pekanbaru, Riau itu biasa berjualan dari tempat ke tempat. Kedatangannya ke Pondok Buntet Pesantren guna berjualan dalam rangka Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren. Biasanya, ia bisa meraup keuntungan hingga jutaan Rupiah. Namun, Haul yang sedianya digelar pada Sabtu (4/4) esok harus dibatalkan demi menghindari penyebaran virus yang kini tengah mewabah itu.

Mulanya ia hendak berpindah tempat. Tetapi, hal itu urung dilakukan mengingat acara yang ingin ia datangi juga dibatalkan. Beruntung, pengelola Buntet Mart masih memberinya izin untuk berjualan di halamannya.

Hal serupa dialami Baihaqi, penjaga sebuah fotokopi di Jalan LPI Buntet Pesantren. Madrasah dan kampus yang diliburkan membuatnya tak banyak bergerak melayani pesanan. “Banyak melongonya,” ujarnya.

Pendapatan Berkurang Drastis
Para pedagang lainnya juga merasakan hal yang sama. Dzia Ulhaq, misalnya, harus menutup kiosnya entah sampai kapan. Pasalnya, jika pun ia harus berjualan, hasilnya tidak akan menutupi ongkos produksinya.

“Tidak ada hasilnya. Dapatnya gak seberapa, tetapi tetap harus belanja untuk besoknya,” katanya. 

Ulhaq yang berjualan jajanan, seperti lidi-lidian, bakso bakar, dan sebagainya itu mengaku kehilangan 70 persen pendapatannya dari hari-hari biasa. “Jatuhnya jauh banget saya sih. Turun sampai 70 persenan. Saya mengandalkan santri soalnya,” ujarnya.

Muhammad Majdi yang berjualan dimsum dan ketan susu juga harus menutup kiosnya di Jalan LPI Buntet Pesantren. “Omzet berkurang. Usaha saya yang buka jualan di kios LPI, dimsum dan ketsu, itu sekarang kondisinya sepi, ditambah santri pada balik nambah sepi,” katanya.

Sebab, di hari biasa ia bisa meraup keuntungan Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. Namun, wabah yang melanda ini membuatnya harus bersyukur dengan keuntungan Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu sehari. Hal tersebut diperolehnya dengan membuka usahanya di rumah dan siap mengirim ke pemesan di sekitar Buntet Pesantren. “Akhirnya kami tetap buka usaha di rumah via delivery order. Tapi penjualan menurun tajam,” katanya.

Tantangannya tidak hanya dari pembeli yang menurun, tetapi juga saat mendapatkan bahan bakunya. Ia mengaku kesulitan mengingat bahan baku dimsum dibelinya dari Bekasi dan ketan susu dari Kuningan.

Ia berharap kondisi demikian lekas berakhir. “Semoga yang terinfeksi virus Corona cepat sembuh dan kondisi kembali seperti semula,” harapnya.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi