Hati-hati, Siapa Saja Bisa Terpapar Radikalisme
NU Online · Senin, 19 November 2018 | 22:00 WIB
Hasil survei yang diterima Badan Inteligen Negara (BIN) terkait masjid di instansi pemerintah di Jakarta yang terpapar radikalisme menjadi peringatan dini dan kewaspadaan bagi masyarakat. Ini menjadi tugas penting bagi para takmir masjid lainnya baik di Jakarta maupun luar Jakarta untuk menjaga masjidnya agar tidak ikut-ikutan terpapar.
"Masjid instansi pemerintah dan BUMN saja bisa terpapar radikalisme. Apalagi masjid masyarakat luas," inilah peringatan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung KH Khairuddin saat dihubungi NU Online, Senin (19/11) malam.
Dosen UIN Raden Intan ini mengingatkan kepada para takmir agar benar-benar selektif dalam memilih khatib shalat Jumat dan para penceramah pada kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid. Dai yang memiliki pemahaman wasathiyah atau moderatlah yang harus menjadi nara sumber dari para jamaah. Jangan sampai dai yang berpaham radikal menguasai mimbar yang akhirnya akan mempengaruhi pemahaman jamaah.
Biasanya berbagai tema yang diangkat oleh dai-dai radikal diantaranya tentang thogut, kafir demokrasi, akhir zaman, hijrah, khilafah atau daulah islamiyah, tauhid, pembatalan keislaman, keutamaan jihad, mati syahid, akidah, artikel tokoh radikal, dan pembahasan takfiri atau mengafir-kafirkan orang.
Materi-materi ini disampaikan kepada jamaah untuk memancing semangat keberagamaan sehingga mereka akan terpengaruh untuk berfikir radikal.
"Radikalisme itu dimulai dari pemikiran. Dan pemikiran ini dipengaruhi oleh input narasi Islam yang keras yang selanjutnya akan memunculkan radikal aksi," jelasnya.
Paham radikal lanjut Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung ini, tidak mengenal objek yang terpapar. Siapa saja bisa terjangkiti virus radikal, baik itu masyarakat biasa, pegawai negeri, TNI, Polri maupun tokoh dan para ustadz dan ulama.
Bukti nyata terihat dari survei dari sebuah lembaga yang menyebutkan 19,4 persen PNS menolak ideologi Pancasila. Ini mengarah kepada pemikiran radikal dan harus menjadi perhatian serius pemerintah untuk diselesaikan.
"Sudah saatnya melokalisir agar masjid lembaga, masjid kampus, dan masjid umum tidak terpapar radikalisme sekaligus tidak menyebar ke daerah. Perlu kewaspadaan dan kesiapan dari pengurus masjid dan ormas untuk membentengi," ajaknya.
Oleh itu di daerahnya, MUI Lampung sudah melakukan langkah antisipatif untuk mencegah masyarakat terpapar radikalisme yakni salah satunya dengan mencetak para dai moderat melalui program Akademi Dai Wasathiyah.
“Penataan, pembekalan dan pelatihan kader dakwah yang berwawasan moderat (wasathiyah), yang mencintai tanah air (hubbul wathan) dan perekat NKRI perlu untuk digalakkan. Hal ini untuk menjaga tetap tegaknnya NKRI Pancasila dan UUD 1945 dari tafsir-tafsir lain yang bisa merusaknya,” tandasnya. (Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
2
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
3
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
4
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
5
Gus Yahya Cerita Pengkritik Tajam, tapi Dukung Gus Dur Jadi Ketum PBNU Lagi
6
Ketua PBNU: Bayar Pajak Bernilai Ibadah, Tapi Korupsi Bikin Rakyat Sakit Hati
Terkini
Lihat Semua