Harga Bawang Merah Alami Kenaikan, Petani di Bojonegoro Mengeluh Anjlok karena Ulah Pemborong
Ahad, 13 April 2025 | 13:00 WIB
Husnul Khotimah
Kontributor
Bojonegoro, NU Online
Harga bawang merah berdasarkan situs web Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah mencapai Rp44.525 per kilogram sejak Ahad (6/4/2025). Kenaikan harga terjadi pekan ini yang mencapai harga Rp44.794 menurut data yang diakses Ahad (13/4/2025). Artinya ada kenaikan sebesar Rp269 harga bawang merah dari pekan sebelumnya.
Kenaikan harga bawang merah seharusnya menguntungkan petani. Namun, petani bawang merah di Bojonegoro Jawa Timur justru mengaku bahwa hasil panen bawah merah kali ini anjlok sehingga mereka mengalami kerugian. Penyebabnya, penebas atau pemborong yang membeli dari para petani membeli hasil panen mereka tidak sesuai dengan harga yang berlaku. Para penebas beralasan harga tersebut diberlakukan untuk menambal kerugian pembelian di daerah lain ke daerah yang bagus hasil panennya.
"Di daerahku itu yang bawang merahnya bagus, yang normal panen di angka 60 hari, ikut-ikutan sama yang pertama, kan sudah rugi, jadi di desaku kayak tombok lah," ujar YS (29) salah satu petani bawang merah di Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro saat diwawancarai NU Online pada Sabtu (12/4/2025).
YS menginformasikan bahwa pada bulan sebelumnya, daerah A yang telah panen lebih dulu mengalami hasil panen yang kurang bagus, hal tersebut membuat penebas membeli dengan harga murah.
"Dari hasil yang kurang bagus, sih. Kurang hujan. Musim panen kan 60 hari. Terus kemarin itu daerah A kan karena emang nanamnya lebih dulu," terang YS.
Kata YS, saat umur bawang merah berumur 36 hari, tengkulak atau pemborong sudah mengincar dan menarget harga Rp25.000 per kilo jika bawang merah berada umur 40 hari. Namun ternyata bawang merah petani daerah A saat umur 40 hari tersebut telah terserang hama.
"Yang misalnya 1 ton harga 60 juta itu tinggal 30 juta, pokok potongannya separuh. Bawang merahnya nggak ada bobotnya, karena dipanen di usia muda, belum sampai 60 hari, kan pasti nggak ada isinya, nggak bisa tumbuh besar gitu," jelasnya.
Hal tersebut membuat penebas mengalami kerugian besar. Lalu melimpahkan kerugian tersebut pada daerah yang hasil panennya bagus untuk menutup kerugian tersebut.
"Gimana ya, tempatku tuh jadi kayak tombok karena hampir semua panen belakangan. Daerah A tadi udah panen duluan kemarin di bulan puasa, tapi emang bawang merahnya nggak normal. Terus yang tempatku ini baru sekarang panennya, bawang merahnya normal tapi ya gitu harganya," kata YS.
Baca Juga
Doa Petani saat Awal Menanam Padi
"Padahal kalau di pasaran itu harga masih mahal masih 30-an itu yang kecil, yang besar bisa sampai 40-an per kilo," keluhnya.
Saat ditanya tentang kerugian, YS mengaku petani daerahnya sering mengalami kerugian serupa sebab ulah penebas, meski hasil panen bagus dan harga pasaran sedang mahal-mahalnya. Ia dan para petani lain bahkan merasa kehilangan kepercayaan dan bingung ingin menjual ke mana sebab seringnya dirugikan.
"Harapan apa. Memang itu udah sifat mereka yang nggak mau rugi. Cuma lebih ke bingung aja. Kalau kayak gini terus kayaknya nggak ada pemborong yang bisa dipercaya, terus ke depannya kayak gimana? Mau jual ke mana? Dari sisi manapun itu sebenarnya petani yang selalu dirugikan," pungkas YS.
Sebagai informasi, Kecamatan Kedungadem merupakan daerah petani bawang merah terbesar di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Terpopuler
1
Ketum GP Ansor Hadiri Haul Ke-57 Guru Tua, Perkuat Ukhuwah dan Dakwah Moderat
2
Syekh Hasan Al-Masyath, Ulama yang Lahir dan Wafat di Bulan Syawal
3
Hasil Seleksi Calon Petugas Haji 2025 Diumumkan, Peserta Siap Ikuti Bimtek pada 14 April
4
Harga Stabil, Beras Kualitas Medium Paling Banyak Diminati Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah
5
F-Buminu Sarbumusi Resmikan Pesantren Vokasi Calon PMI, Langkah Perbaikan Tata Kelola Migrasi
6
Haul Akbar 1 Abad Syaikhona Kholil, Menghidupkan Warisan Pemikiran untuk Pedoman Masa Depan
Terkini
Lihat Semua