Bekasi, NU Online
Wakil Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kota Bekasi Ustadz Sayyidi Al-Manaf atau yang akrab dengan julukan Da'i Jubah Ireng memaparkan tentang Islam Nusantara dengan sangat sederhana.
Hal itu disampaikan saat ceramah dalam rangka Walimatul Ursy di Perumahan Perwirasari, Kelurahan Perwira, Bekasi Utara, pada Jum'at (13/7) malam.
Menurutnya, Islam Nusantara kini sedang menjadi buah bibir. Bahkan dicibir oleh sebagian orang yang tak suka atau tidak paham terhadap ajaran dakwah santun para walisongo di Indonesia.
"Padahal, ada banyak juga istilah lain di Indonesia ini. Ada Islam Berkemajuan, Islam Kaffah, Islam Terpadu. Tapi kenapa hanya Islam Nusantara yang dipermasalahkan? Itu karena hanya Islam Nusantara yang konsisten menjaga persatuan NKRI," katanya.
Pria berambut gondrong yang gemar berpakaian serba hitam ini mengatakan, Islam Nusantara adalah sebuah ciri khas yang sama sekali tidak meninggalkan substansi keislaman.
Ia mengungkapkan, minuman teh kemasan botol maupun kotak, intinya sama-sama teh. Itu artinya, Islam Nusantara tidak meninggalkan inti dari ajaran Islam, juga tidak mempermasalahkan soal kemasan. "Sekarang, apa bedanya teh kotak dengan teh botol? Kemasannya. Begitu diminum, isinya sama. Jadi, tidak perlu meributkan botol atau kotaknya, yang kita minum isinya bukan botol dan kotak," katanya disambut gemuruh tawa hadirin.
Ia berkisah, ketika bulan puasa, ada seseorang yang melarangnya untuk berbuka dengan korma, tetapi cukup dengan semur jengkol. Ia mengamini, karena memang makanan tersebut khas nusantara yang disukainya. "Begitu lebaran, saya tantang balik. Ente lebaran jangan makan opor ayam dan ketupat karena itu tradisi Islam Nusantara. Tapi makan tuh semur korma," kelakarnya.
Zakat fitrah di Arab Saudi, ia mencontohkan, ditunaikan dengan menyerahkan gandum dan korma. Sedangkan di Indonesia tidak bisa, melainkan diganti dengan beras dan uang.
"Di Saudi orang memakai gamis, dan serban pun tidak ada yang di pundak, semuanya di kepala. Dan yang pakai gamis dan serban itu bukan hanya orang Islam (yang taat). Orang yang bekerja memerah susu juga pakai gamis dan serban," paparnya.
Jadi, menurutnya jangan dibuat pembeda bahwa ada baju Islam dan baju tidak Islam. Di Kampung Sawah, Bekasi, orang-orang Kristen keluar dari Gereja dengan menggunakan baju koko dan peci hitam.
Ketika Jubah Ireng bertanya alasan menggunakan memakai pakaian muslim, mereka terheran-heran. Kemudian mengatakan bahwa di film-film kungfu, aktor legendaris Jet Li pun menggunakan baju koko.
"Nah, baju koko itu bukan baju muslim. Tapi baju si engkoh (sebutan untuk etnis Tionghoa di Indonesia), baju cina itu. Jadi jangan bilang ada baju islam dan baju non-islam," tegasnya.
Ia melanjutkan, Rasulullah memakai gamis karena menghargai budaya setempat. Tetapi andai Rasulullah turun di Tanah Jawa, mungkin saja menggunakan batik dan blangkon. (Aru Elgete/Muiz)