Daerah

Halal Bi Halal, Bertemu Hati dan Berjabat Hati

NU Online  ·  Jumat, 14 Juni 2019 | 03:30 WIB

Jember, NU Online
Lebaran dan halal bi halal merupakan momentum yang bagus untuk membenahi diri dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama. Sebab di momen itulah kesempatan untuk bermaaf-maafan terbuka lebar.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Jember, Jawa Timur, KH Abdul Muqit Arief saat memberikan sambutan dalam acara Halal bi Halal SMP Negeri 1 Silo, Jember, Kamis (13/6).

Menurutnya, halal bi halal harus dimaknai dan dihayati secara mendalam, tidak sekadar formalitas sehingga betul-betul melahirkan suasana hati yang damai dan ikhlas dalam bermaaf-maafan. Sebab ketika kata maaf itu benar- benar keluar dari lubuk hati yang paling dalam, maka akan berpengaruh dalam perilaku keseharian.

“Halal bihalal tidak hanya bertemu wajah, tetapi juga bertemu hati. Tidak hanya berjabat tangan, tetapi juga berjabat hati,” ujarnya.

Ia menambahkan, meminta maaf adalah perbuatan sederhana, dan lazim dilakukan lebih-lebih di saat lebaran. Namun permintaan maaf dan pemberian maaf yang dilakukan dengan tidak tulus,  tidak akan membekas dalam perilaku yang bersangkutan. Sebaliknya, saling bermaafan yang dilandasi dengan rasa tulus, akan menjadi telaga pelebur salah dan dosa, dan itu akan melahirkan suasana hati yang sejuk.

"Ketika kita meminta maaf, maka meminta maaflah dengan tulus. Ketika diminta memaafkan maka berilah maaf dengan tulus," tuturnya.

Di bagian lain, A’wan Syuriyah PCNU Jember itu menerangkan makna Syawal yang berarti peningkatan. Maka sejak bulan Ramadhan berakhir yang artinya memasuki bulan Syawal, sepatutnya umat Islam bisa meningkatkan ibadah kepada Allah, meningkatkan persaudaraan, keharmonisan hubungan di lingkungan kerja, keluarga, dan meningkatkan hal-hal yang positif lainnya.

"Pada bulan Ramadhan kita tidak hanya belajar disipilin dalam beribadah, tetapi juga mengasah kepedulian kepada sesama. Itu salah satu yang harus ditingkatkan di bulan-bulan berikutnya," jelasnya. (Aryudi AR).