Daerah

Hadapi Tantangan Zaman, SDC Gelar Madrasah Design 2.0

NU Online  ·  Ahad, 26 Agustus 2018 | 00:30 WIB

Malang, NU Online
Tantangan zaman yang ada saat ini menuntut siapapun untuk dapat menguasai segala hal penunjang yang ada, termasuk desain. Karenanya, Santri Design Community (SDC) mengadakan Madrasah Design 2.0 yang merupakan kelanjutan dari Madrasah Design 1.0. Kegiatan merupakan kaderisasi bagi siapapun yang ingin bergabung ke dalam komunitas ini.

Kegiatan berlangsung Sabtu (25/8) di Pesantren Mahasiswa Ar-Rahman Malang, Jawa Timur ini mampu menarik animo masyarakat untuk mengikuti kegiatan. Hal tersebut dibuktikan dengan membludaknya pendaftar kegiatan yang diikuti 30 peserta ini.

“Total pendaftar sampai 50 orang. Padahal hanya 30 orang saja yang berhak mengikuti Madrasah Design 2.0 ini,” jelas Zidny Nafi’, senior mentor SDC.

Ada empat materi yang disampaikan pada kegiatan ini. Pertama mengenai keaswajaan yang disampaikan Abdulloh Hamid, dosen UIN Surabaya. Kedua mengenai teknik desain yang dibawakan oleh Dodik Nurcahyo, founder SDC.

Materi ketiga adalah strategi dan tantangan dakwah komunitas santri yang dibawakan Hakim Jayli, Dirut TV9 Nusantara. Sedangkan materi keempat mengenai branding dan konsep desain yang disampaikan Fauzi Priambodo, CEO & Founder Giga Nusa, Teamwork, dan Bambu Runcing.
Ada sejumlah alasan memilih keempat pemateri tersebut. “Yakni demi membuka wawasan peserta dalam menghadapi tantangan zaman,” kata Syukron Dosy. Semua materi sudah cukup teruji karena sudah terjun langsung ke bidang yang didalami oleh pemateri, lanjut tim SDC tersebut.

Alumnus UIN Sunan Ampel ini kemudian menjelaskan sosok Hakim Jayli yang menjadi Dirut TV9 Nusantara. “Cak Hakim sudah paham betul apa saja yang dihadapi di masyarakat,” jelasnya.

Selepas kegiatan, para peserta diharapkan mampu mengisi dunia digital, khususnya media sosial dengan konten yang penuh kedamaian. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu pemateri, Hakim Jayli. 
Menurutnya, saat ini perlu ada yang mengisi dakwah di dunia digital sehingga pesan damai yang disampaikan oleh para kiai bisa tersampaikan di masyarakat.

“Harus ada sekelompok orang di pesantren, di Ahlussunnah Waljamaah, di Nahdlatul Ulama yang konsen pada dunia digital, sehingga pesan dari kiai bisa tersampaikan dan eksis di dunia digital,” pesannya. Hal tersebut cukup beralasan karena saat ini banyak yang kurang ilmu tapi bisa eksis di media sosial dan digemari masyarakat, lanjutnya.

“Hari ini, yang tidak memiliki ilmu atau kapasitas bisa eksis sedangkan yang memiliki ilmu tidak bisa eksis,” pungkasnya. (Hanan/Ibnu Nawawi)