Habib Syekh Dr. Samir: Radikalisme dan Ekstremisme Bertentangan dengan Islam
NU Online · Jumat, 18 Oktober 2019 | 01:30 WIB
Jember, NU Online
Islam lahir sebagai agama yang mengajarkan kelembutan, keramahan, kesopanan, cinta kasih dan sebagainya. Sebab, misi utama diturunkannya Islam adalah untuk membimbing manusia agar berakhlak mulya, baik akhlak kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Kedamaian suatu bangsa, bahkan dunia sangat bergantung pada akhlak manusia.
Oleh karena itu, mafhum mukhalafah-nya bahwa segala perbuatan yang mengabaikan nilai-nilai akhlak, termasuk gerakan radikal adalah bertentangan dengan misi Islam.
Menurut Habib Syekh Dr. Samir al-Khouli al-Rifa’i (Global University Lebanon), segala bentuk gerakan ekstrem adalah bertentangan dengan agama Islam.
“Karena Islam diturunkan memang untuk menjaga akhlak manusia,” ucapnya dalam bahasa Arab, yang diterjamah oleh Ustadz Mastour, saat memberikan tausiyahnya dalam Daurah Aswaja Internasional di Masjid Besar Al-Baitul Amin, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis (17/10).
Dalam Daurah Aswaja Internasional yang dihelat untuk menyongsong Hari Santri 2019 itu, ia juga mengatakan bahwa segala perbuatan ekstrem yang mengatasnamakan agama adalah tindakan memanipulasi agama. Sebab kenyataannya Islam tidak pernah mengajarkan hal-hal ekstrem. Perintah Al-Qur’an agar Nabi Muhammad tegas kepada kuffar, dan lembut serta kasih sayang terhadap sesama Muslim, itu tidak bisa dimaknai dengan kata-kata radikal ataupun ekstrem, apalagi kepada sesama Muslim.
“Tindakan ekstrem yang mengatanamakan agama itu berarti sama dengan memanipulasi agama,” jelasnya.
Sementara itu, dalam pengantar singkatnya di Daurah Aswaja Internasional yang mengusung tema Melawan Bahaya Radikalisme-Ektremisme dengan Nilai-Nilai & Ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) itu, Sekretaris Aswaja NU Center Jember, Moh Kholili menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan penguatan nilai-nilai, ajaran, dan amaliah Aswaja. Selain bertujuan untuk memperkokoh internalisasi nilai-nilai Aswaja, juga sekaligus menghalau pengaruh dan tindakan yang berbau radikal.
“Kami akan terus melakukan itu (penguatan nilai-nilai Aswaja) untuk membentengi diri mereka dari radikalisme,” jelasnya.
Di bagian lain, ia menyatakan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia tidak lepas dari perjuangan para ulama, kiai, dan santri. Karena itu, hasil perjuangan tersebut harus disyukuri dan dijaga bersama-sama dari segala bentuk gerakan radikal. Sebab jika tidak, mereka terus-menerus merongrong NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dengan menggunakan jargon agama.
“Cinta tanah air adalah bagian dari ajaran agama yang harus kita pupuk kembangkan,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua