Daerah

Habib Novel Alaydrus: Habaib dan Ulama NU Tunggal Seperguruan

Jum, 15 Maret 2019 | 00:00 WIB

Habib Novel Alaydrus: Habaib dan Ulama NU Tunggal Seperguruan

Habib Novel Alaydrus di PCNU Kota Bandung

Bandung, NU Online
Aula kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bandung, Rabu (13/3) sore dipadati kaum Nahdliyin, sebutan warga NU. Mereka hendak tabarrukan (meminta berkah) kepada Habib Novel bin Muhammad Alaydrus Pimpinan Majelis ar-Raudlah, Solo, Jawa Tengah, yang dijadwalkan hadir di tengah-tengah mereka.
 
Satu jam sebelum Habib Novel datang, para jamaah terlebih dahulu membaca Ratibul Haddad dan Simtudduror karya Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. Pembacaan maulid ini dipimpin langsung keluarga Tuan Guru Zaenal Hilmi dari Banjarmasin. Aula PCNU seketika menjadi syahdu saat pembacaan sholawat Simtudduror dikumandangkan.
 
Beberapa saat kemudian, Habib Novel memasuki aula PCNU Kota Bandung bersama Ketua PCNU, KH Agus Syarif. Acara langsung dilanjut menyanyikan lagu Indonesia Raya, Yaa Lal Wathon dan Sholawat Badar yang dipimpin KH Wahyul Afif al-Ghofiqi sebagai pembuka acara. Harapannya, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap utuh terjaga.
 
Bagian yang dinanti pun tiba. Habib Novel Alaydrus menyampaikan taushiyah (ceramah agama) kepada para hadirin tentang berbagai problem yang terjadi di masyarakat. Ia merasa prihatin melihat zaman sekarang banyak orang  kurang memperhatikan sanad keilmuan ketika mencari ilmu. Pasalnya, ulama terdahulu tidak serta-merta memilih seorang guru.
 
“llmu itu harus jelas sumber rujukannya. Bisa kita lihat langsung dari siapa ilmu tersebut didapat dan dari mana sumber rujukannya. Begitulah ciri ulama NU,” terang Habib Novel.
 
Dari dulu sampai sekarang, lanjut dia, NU itu Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari, Shaikhona Kholil Bangkalan, Mbah Wahab Hasbullah dan para kiai sepuh lainnya. “NU Mbah Hasyim itu sama dengan para habaib isinya. Karena kita ini tunggal seperguruan (satu guru yang sama). Jadi, jangan diragukan lagi keilmuan ulama-ulama NU,” tandas Habib Novel. 
 
Sejak dahulu, para habaib dengan ulama NU telah memberikan contoh yang santun dalam menuntut ilmu. Banyak kiai yang menuntut ilmu kepada para habaib, pun demikian para habaib banyak yang menuntut ilmu kepada para kiai. Hal ini karena beliau-beliau ini saling mengetahui kedalaman keilmuan masing-masing. 
 
"Ada hal menarik dari cara para ulama memuliakan guru. Hal itu dicontohkan Mbah Hasyim Asy'ari dalam perjalanan menuju Tegal. Ketika itu, beliau melewati Solo dan menyengajakan diri untuk bersilaturrahim ke kediaman Habib Ali hanya untuk sekedar mengucapkan, Kulo muridipun paman panjenengan, Bib. Begitulah akhlak para habaib dan ulama terdahulu,” tuturnya.
 
Habib Novel di akhir sambutan menegaskan, bahwasanya NU merupakan wadah yang baik. Ia berpesan jangan sampai kita yang mengotorinya. “Jadilah warga NU yang baik dengan menunjukkan akhlaq yang baik pula,” pungkasnya. (Rachmi/Musthofa Asrori)