Daerah

GP Ansor Rembang Harap Kader Bumikan Aswaja di Tengah Masyarakat

NU Online  ·  Selasa, 30 Agustus 2016 | 05:30 WIB

Rembang, NU Online
Pimpinan Cabang (PC) Ansor Kabupaten Rembang, Jawa Tengah berharap para kader Ansor menjadi agen dakwah Islam Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) an-Nahdliyah di ranting atau desa masing-masing. Hal ini sebagai upaya membumikan Aswaja di tengah masyarakat.

Sekretaris PC Ansor Rembang Pujianto mengatakan, para kader setelah mengikuti pelatihan diharap dapat menjadi agen dakwah Aswaja. Baik dakwah di warung kopi, forum desa, kelompok tahlil, maupun yasinan.

"Banyak isu yang bisa dijadikan bahan perbincangan di masyarakat, seperti ekstrimisme, radikalisme, narkoba dan sebagainya. Paling tidak apa yang diperoleh dari pelatihan-pelatihan apalagi tempaan jiwa yang semakin menunjukkan ke-Aswaja-an. Mereka dapat menjelaskan ke masyarakat, paling tidak lingkup keluarga, agar tetap menjaga tradisi NU," terangnya kepada NU Online saat ditemui pada acara PKD di Lasem Kabupaten Rembang, Ahad (28/8) lalu.

Secara garis organisasi, Ansor sebagai Badan Otonom (Banom) di NU memang sangat mepedulikan terbentuknya kader yang memenuhi syarat sebelum terbentuk Anak Cabang maupun Ranting. Pihaknya menambahkan bahwa ada kualifikasi tertentu yang harus terpenuhi. Salah satunya dengan lulus kaderisasi. Tanpa ada kaderisasi tentu tidak bisa didirikan kepengurusan baru.

"Yang jelas komitmen kita sebagai kader Ansor di Kabupaten Rembang, tentu gairah atau semangatnya mewujudkan Ansor ada disetiap kecamatan. Ini adalah wujud dari khidmah kita sebagai kader NU," terangnya.

Cabang Ansor Rembang sendiri saat ini telah menyelenggarakan PKD dibeberapa kecamatan. Ini merupakan mandat dari Konfercab Ansor Rembang. Pelaksanaan PKD tersebut diantaranya di Gedung NU Rembang, kecamatan Sumber, Sulang, Pamotan, Gunem. Kemudian tiga Diklatsar di kecamatan Kaliori, Sumber dan Pamotan. Sedangkan di kecamatan Kragan diadakan kegiatan Konferancab.

"Rata-rata hampir setiap dua minggu sekali kita mengadakan kaderisasi. Kita pahami bahwa bukan karena kaderisasi setiap hari atau minggu saja, kita ingin bagaimana substansi kaderisasi ini jalan. Lebih dari sekedar urusan pemenuhan pra-syarat kepengurusan, tapi kaderisasi ini lebih kita titik beratkan bagaimana substansi yang kena," ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa bagaimana Aswaja an-Nahdliyah, bagaimana Islam di Nusantara ini berkembang sampai hari ini, bagaimana Islam nanti dibawa sampai yaumul qiyamah, tentunya membutuhkan kaum muda yang paham soal sejarah, paham tentang sanad ilmunya, kemudian tradisi yang dibawa oleh leluhur. Agar kemudian sesuatu yang sudah berkembang tidak hanya berakhir soal bagaimana dikotomi apa dasarnya dan apa dalilnya.

"Sebab itu, apa yang sudah dilakukan Ansor hari ini merupakan bentuk pengawalan terhadap akidah dan ajaran para ulama yang kemudian terilhami ajaran para nabi dan Rasulullah. Sehingga tidak ada lagi keraguan untuk bicara kesana kesini," tutupnya. (Aan Ainun Najib/Fathoni)