Daerah

Garuda PMII Guluk-Guluk Suarakan Pers Pembebasan

Sen, 10 Februari 2020 | 01:30 WIB

Garuda PMII Guluk-Guluk Suarakan Pers Pembebasan

PMII Guluk-Guluk angkatan Garuda mengadakan Ngaji Pers di beranda Masjid Jamik Annuqayah. (Foto: NU Online/Hairul Anam)

Sumenep, NU Online

Gerakan Aktivis Revolusi Demokrasi (Garuda) angkatan ’18 PMII Komisariat Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur mengadakan forum kajian dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional.

 

Kegiatan tersebut dilaksanakan di serambi Masjid Jamik Annuqayah bagian depan, kompleks Pondok Pesantren Annuqayah, dengan melibatkan puluhan kader PMII Guluk-guluk dan kalangan santri, Ahad (9/2) malam.

 

Kegiatan dimulai pada jam 20.13 Wib. Ach. Murtafiq, ketua angkatan Garuda membuka kegiatan dengan memberikan sambutan kepada seluruh peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut.

 

Dalam sambutannya, Ketua Angkatan Garuda, Murtafiq menegaskan, kegiatan tersebut sebagai bentuk perhatiannya terhadap tanggal penting di skala nasional. Lebih dari itu, forum yang diberi nama Ngaji Pers ini adalah sebuah sikap dari angkatan Garuda terhadap perkembangan pers yang ada di Indonesia.

 

“Jadi kajian kita saat ini adalah suara untuk kita bersikap tegas terhadap media,” ucap Murtafiq.

 

Dalam pelaksanaannya, forum kajian ini menghadirkan Rofiqi sebagai pemantik dan pengarah jalannya kajian. Menurutnya, kajian semacam ini tidak hanya berbasis kritik terhadap media yang mewajahkan kondisi sebuah negara, namun yang lebih esensial dari ini, ngaji pers adalah telaah terhadap isu yang diangkat oleh media untuk masyarakat.

 

“Sebab idealisme pers adalah sebagai kontrol terhadap gerakan pemerintah di negara demokrasi,” tutur Rofiqi.

 

Selama kegiatan berlangsung, kajian berjalan dinamis. Kebanyakan peserta menyuarakan kegelisahan masing-masing terhadap keadaan pers saat ini. Dari banyak pernyataan yang disampaikan peserta, sebagian besar mengatakan bahwa pers harus bersih dari kepentingan kapital, seharunya pers lebih dekat pada masyarakat bawah dan berfungsi sebagai corong bagi mereka untuk elit pemerintah.

 

"Bukan malah sebagai alat untuk mengkondisikan masyarakat oleh pemerintah melalui media massa,” kata Bukhari, salah seorang peserta.

 

Menanggapi hal ini, Rofiqi menuturkan bahwa ada kalanya pers memang sebuah kepentingan, termasuk pula kepentingan bisnis.

 

"Mengenai pers sebagai alat penggiring isu pemerintah, terkadang memang sebuah isu sengaja diangkat, diviralkan untuk menggiring opini massa,” jelasnya.

 

Berkaitan dengan hal ini, Murtafiq dalam argumennya di tengah hangatnya kajian menyampaikan, bahwa ada isu yang diangkat ke kepermukaan untuk menutupi isu yang lain.

 

"Rumusnya, satu kebenaran terungkap, maka kebenaran lain akan tertutup,” jelas Murtafiq.

 

Hingga akhir pembicaraan, kajian terpusat pada madia yang posisinya begitu potensial digunakan sebagai tunggangan kepentingan kapital, termasuk pula kepentingan pemerintah dan pihak-pihak yang lain. Namun lantaran ada sebagian peserta yang memang aktivis pers, forum tetap penyadari pers memiliki idealisme yang dapat dipertaruhkan.

 

Walaupun demikian, kajian ini berkesimpulan terhadap pers pembebasan yang sama sekali mengukur penguasaan media sebagai penggiring opini publik oleh orang-orang yang punya kepentingan.

 

“Pers sebagai tunggangan pemerintah memang potensial. Tapi bagaimanapun, pers harus menjadi nurani rakyat untuk terdengar oleh khalayak umum,” tegas Rofiqi di akhir kegiatan.

 

Kontributor: Hairul Anam

Editor: Aryudi AR