Daerah

Etika Sebelum Berangkat Haji ke Tanah Suci

NU Online  ·  Ahad, 8 Juli 2018 | 08:00 WIB

Etika Sebelum Berangkat Haji ke Tanah Suci

KH Ridwan Syu'aib, Rais Syuriyah PCNU Pringsewu, Lampung

Pringsewu, NU Online
Ibadah haji merupakan ibadah yang didalamnya terdapat banyak rangkaian ibadah dan memerlukan persiapan baik fisik maupun mental. Salah satu bentuk persiapan yang kurang diperhatikan di masyarakat adalah persiapan mental terkait etika dan adab dalam melaksanakan perjalanan haji.

Pentingnya persiapan etika dan adab menuju tanah haram ini ditekankan oleh Rais Syuriyah PCNU Pringsewu Lampung, KH Ridwan Syu'aib saat memberikan mauidzah hasanah pada walimatus safar lil haj Ketua MWC NU Kecamatan Pringsewu, H. Sodiqin di Masjid Al Ikhlas Pringsewu, Ahad (8/7).

"Man laisa adab kad dubab. Orang yang tidak punya adab seperti lalat. Datang pergi tidak permisi. Tidak punya sopan santun dan meninggalkan penyakit juga masalah," kata Kiai Ridwan.

Mengutip etika dan adab dalam perjalanan ibadah haji dalam Kitab Ihya Ulumaddin karya Imam Ghazali, Kiai Ridwan menyampaikan beberapa etika dan adab yang perlu dilakukan oleh orang yang berangkat haji.

"Sebelum berangkat haji hendaknya kita bertaubat memohon ampunan dari Allah SWT. Menyesali perbuatan maksiat yang pernah kita lakukan dan berjanji untuk tidak mengulangi kembali. Bagaimana caranya? Banyak-banyak beristighfar," jelasnya.

Yang selanjutnya menurut Kiai yang terkenal tegas ini, adalah membersihkan hutang ataupun janji yang diberikan kepada orang lain. Karena menurutnya pintu surga ditutup bagi orang yang masih memiliki hutang dan belum dibayar.

"Mari jaga diri jangan sampai kita pergi haji ataupun dipanggil Allah masih dalam kondisi memiliki hutang," ajaknya.

Saat berangkat hajipun, penting untuk menyerahkan segala titipan yang merupakan hak milik orang lain. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kekhusyuan selama beribadah haji.

"Persiapkan juga bekal, baik bekal untuk berangkat ke tanah suci maupun bekal keluarga yang ditinggal di tanah air," ingatnya sekaligus menegaskan untuk tidak perlu khawatir harta habis setelah pergi haji malah sebaliknya harus yakin bahwa Allah SWT yang akan menggantinya dengan jumlah yang lebih banyak.

Persiapan etika yang lain adalah pamit bepergian dengan saudara dan masyarakat sekitar dengan saling meminta maaf. Ia pun menilai sangat positif kegiatan walimatus safar yang sudah menjadi budaya masyarakat di Indonesia karena itulah bentuk persiapan mental dengan meminta maaf kepada orang terdekat.

"Karena keterbatasan tenaga dan waktu kita tidak bisa mengunjungi satu-persatu sehingga dengan walimatus safar masyarakat bisa bersama-sama memberikan doa dan saling memaafkan demi diterimanya ibadah haji. Doa bersama lebih maqbul (diterima) dari doa sendiri," ungkapnya.

Tidak lupa pula Kiai Ridwan menghimbau kepada para calon jamaah haji untuk khusus meminta doa kepada orang tua dan para orang shaleh sebagai bekal spiritual dalam melaksanakan rangkaian ibadah di tanah suci.

"Mudah-mudahan jamaah yang melakukan persiapan mental dengan baik akan dapat meraih haji yang mabrur dan mabrurah yang salah satunya terlihat nanti setelah kembali ke tanah air, akan memiliki sikap yang lebih baik dan ibadah pun lebih meningkat," pungkasnya. (Muhammad Faizin)