Enam Alternatif Ibadah untuk Peroleh Fadilah Ibadah Utama
NU Online · Sabtu, 15 Mei 2021 | 01:00 WIB
Muhammad Syakir NF
Penulis
Cirebon, NU Online
Setiap manusia harus membawa bekal terbaik saat menghadap Allah swt. Karenanya, Rasulullah saw. memerintahkan manusia agar memperbanyak amal-amal baik. Namun, tidak semua manusia dapat melakukan amal baik. Karenanya, ada alternatif pilihan jika tidak dapat melaksanakan amal baik.
Begitulah Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Adib Rofiuddin Izza mengawali khutbah Idul Fitri 1442 H di Masjid Agung Pondok Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat, Kamis (13/5) pagi.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan enam alternatif ibadah jika tidak dapat melaksanakan ibadah yang diharapkan. Pertama, jika berharap keutamaan ibadah malam hari (qiyamul lail), sedangkan tidak mampu melaksanakannya, maka menjaga diri dari laku maksiat di siang hari menjadi alternatifnya.
“Ada alternatif lain, yakni tidak bermaksiat di siang harinya. Jangan sekali-kali maksiat lisan, maksiat mata, maksiat telinga. Itu sebagai pengganti qiyamul lail,” katanya.
Kedua, jika berharap ibadah sunnah, tetapi ternyata sibuk dengan beragam pekerjaannya sehingga meninggalkan sunnah tersebut, maka alternatifnya adalah dengan menyempurnakan ibadahnya. Misalnya, tidak dapat melaksanakan shalat rawatib, maka menyempurnakan shalat fardhunya dengan betul-betul sempurna itu dapat menggantikan keutamaan sunnah.
Ketiga, jika berharap memperoleh keutamaan puasa sunnah, namun tidak sanggup melaksanakannya, alternatif lain untuk tetap mendapatkan keutamaan itu adalah dengan menjaga lisan dari pembicaraan yang tidak baik.
Mengutip Sayidina Abdullah bin Abbas, Kiai Adib menyatakan bahwa bibit akal adalah tawadhu dan menjaga omongannya. Hal kedua ini harus dijaga betul dengan dipikir ulang setiap kali hendak berbicara, khawatir menyinggung orang lain. “Ini alternatif bagi yang tidak berpuasa sunnah,” ujar Sesepuh Pondok Buntet Pesantren itu.
Keempat, siapa yang ingin mendapatkan keutamaan sedekah, sementara tidak mampu melaksanakannya karena keterbatasannya, maka mengajarkan hal-hal yang didapat dari para ulama menjadi pilihan alternatif.
Kelima, siapa yang ingin mendapatkan keutamaannya ahli ibadah, maka mendamaikan manusia yang tidak akur merupakan alternatif yang diajukan ulama. Oleh karena itu, Kiai Adib dengan tegas melarang untuk menyulut perseteruan. “Jangan sekali-kali memprovokasi, membuat permusuhan,” katanya.
Keenam, Kiai Adib menyampaikan mengenai alternatif orang yang hendak mendapatkan keutamaan para ulama dan orang shalih, tetapi bukan bagian dari itu, alternatifnya adalah menanggung beban sakit tanpa membalasnya.
“Jika kita disakiti, tidak membalasnya dan bergaul dengan baik dengan segenap manusia,” pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua