Namun ternyata ada satu teori lagi, yakni dari China. Islam datang dari China ke Indonesia sekitar abad ke-9 masehi. Teori keempat ini dikemukakan oleh Slamet Mulyana dan Sumanto Al-Qurtuby. Teori yang terakhir ini masih jarang diketahui masyarakat.
"Ini bukan teori saya, tapi ditulis oleh salah satu profesor Indonesia yang sekarang mengajar di Saudi, yaitu Profesor (Sumanto) Al-Qurtuby," kata Kandidat Doktor di Southwest University, China Budy Sugandi saat mengisi diskusi publik yang diselenggarakan Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta bertemakan 'Relasi Indonesia-China' di Aula The Wahid Institute di Matraman, Jakarta Timur, Kamis (16/1).
Menurut Budy, pada abad ke-9, Islam masuk ke Indonesia melalui Palembang, Sumatera Selatan oleh pedagang Muslim China, yang kemudian menetap. Dari itu, terjadi pedagang Muslim China kawin-mawin dengan penduduk setempat. "Dan ini bisa kita lihat sebenarnya pada sejarah Majapahit," kata Budy.
Ia menjelaskan, Raja Brawijaya V memiliki ratusan istri. Salah satu istri Raja Brawijaya adalah orang China. Dari perkawinan itu melahirkan anak bernama Jin Bun atau yang kemudian lebih dikenal dengan nama Raden Patah. Raden Patah adalah raja pertama Kesulatanan Demak.
"Jadi sudah ada cikal bakal China di situ. Nanti silakan sejarawan mengkaji lagi kira-kira dari empat teori ini mana yang dapat dipertanggungjawabkan," ucapnya.
Selain Budy Sugandi, diskusi yang dimoderatori Ketua LBM PWNU Jakarta, H Mukti Ali Qusyairi ini juga mengdatangkan dua pembicara lain, yakni Pakar Literasi China di Indonesia Azmi Abu Bakar, dan Dosen Hubungan Internasional FISIP UI Ardithia Eduard Yeremia.
Pewarta: Husni Sahal
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
4
Pentingnya Kematangan Pola Pikir dan Literasi Finansial dalam Perencanaan Keuangan
5
PBNU Rencanakan Indonesia Jadi Pusat Syariah Dunia
6
Sejarawan Kritik Penulisan Sejarah Resmi: Abaikan Pluralitas, Lahirkan Otoritarianisme
Terkini
Lihat Semua