Daerah

Dua Hal Ini yang Harus Dimiliki Pelajar Indonesia

NU Online  ·  Kamis, 10 Maret 2016 | 13:00 WIB

Jawa Timur, NU Online
Jumlah penduduk Indonesia yang besar perlu diimbangi dengan ilmu dan keterampilan. Kedua hal itu bisa didapatkan dari bangku sekolah, siswa akan mendapatkan pendidikan dan pengarahan sesuai dengan bakat masing-masing. Sayangnya, mayoritas pendidikan masyarakat Indonesia masih didominasi lulusan SMP.

“Mayoritas pendidikan masyarakat Indonesia paling rendah SMP, ini menunjukkan sedikitnya orang yang menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” kata mantan Dirjen Kemendikbud RI, Prof Dr Kacung Marijan, dalam dialog “Peran IPNU dalam Tantangan Bonus Demografi 2035, di Aula Kertoraharjo PWNU Jawa Timur, Rabu (9/03).

Kepala Bidang Pendidikan Madrasah, Prof Muzakki mengungkapkan, karakter menjadi hal utama dalam diri seorang pelajar, pandai saja tidak cukup. “Pinter harus diimbangi dengan karakter yang baik. Kalau pintar tidak berkarakter akibatnya keblinger dan sebaliknya berkarakter tapi tidak pinter akibatnya tengar-tenger (bingung,red),” ungkap Prof Muzakki yang langsung disambut tawa peserta.

Ketua IPNU Jawa Timur, Haikal Atiq Zamzami dalam sambutannya mengatakan, perlu adanya langkah-langkah strategis di segmen pelajar. Menurutnya, pelajar memiliki potensi yang luar biasa, baik potensi akademik maupun keterampilan.
 
“Sebagai organisasi pelajar, IPNU Jawa Timur akan berupaya mengelola potensi yang ada di kalangan pelajar untuk menyongsong masa depan di tahun 2035, tentunya dengan kerjasama semua pihak,” ujar Haikal di tengah sambutan.

Dalam kesempatan itu, Haikal juga menyinggung soal gerakan radikal di kalangan pelajar. Menurutnya, sekolah menjadi sasaran yang empuk bagi paham radikalisme. Hal itu dikuatkan dengan hasil survei  yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi  (LIPI) yang menunjukkan 21 persen  siswa dan 21 persen guru menyatakan Pancasila sudah tidak lagi relevan digunakan  bangsa  karena 84,8  persen siswa  dan  76,2  persen guru lebih setuju dengan penerapan syariat  Islam.

Senada dengan Prof. Muzakki yang mengungkapkan jumlah pelajar di Indonesia cukup besar dibanding dengan negara-negara lain, kondisi ini menjadi potensi luar biasa dalam pembangunan bangsa. Tetapi jika hal itu tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi mala petaka.

“Punya banyak pelajar harus mampu mengelola dengan baik, jika tidak dikelola maka bisa berubah menjadi petaka. Paham radikalisme akan mudah masuk ke sekolah yang dapat mengancam keamanan negara puluhan tahun yang akan datang,” ungkapnya.

Acara yang dihadiri ratusan pelajar dari berbagai daerah di Jawa Timur ini diselenggarakan PW IPNU Jawa Timur dalam rangka memperingati hari lahir (harlah) ke-62 Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama. (Sutamaji/Zunus)