Daerah

Demokrasi Indonesia Tak Bisa Dilepaskan dari Sosok Gus Dur

NU Online  ·  Rabu, 20 Februari 2019 | 07:30 WIB

Demokrasi Indonesia Tak Bisa Dilepaskan dari Sosok Gus Dur

Gus Syef,paling kanan (pegang mic)

Jember, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Ashtra, Jember, Jawa Timur,  KH. Ayyub Syaiful Rijal menegaskan bahwa demokrasi tidak bisa dicapai dengan grusah-grusuh. Demokrasi bukan sesuatu yang instan, namun butuh proses.  Dalam proses itu dibutuhkan usaha, perjuangan, dan bahkan pengorbanan yang  berdarah-darah.

“Untuk mencapai demokrasi yang ideal, harus diperjuangkan,” tukasnya saat menjadi nara sumber dalam Dialog Kebangsaan: Demokrasi Indonesia, Demokrasi Galau?  di Gedung Kuliah Terpadu,  IAIN Jember, Selasa (19/2).

Menurutnya, demokrasi yang dicapai Indenesia setelah era reformasi, sungguh fenomenal.  Kendati hasilnya tidak terlalu bagus namun tetap  wajib disyukuri. Diakui atau tidak, apa yang diraih Indonesia saat ini, bukan sesuatu yang  mudah.  

“Demokrasi di Indonesia setelah reformasi tidak ujug-ujug ada. Namun didahului oleh rintisan perjuangan seperti Fordem (Forum Demokrasi, yang didirikan Gus Dur),” jelasnya.

Gus Syef, sapaan akrabnya, menambahkan bahwa memperbincangkan demokrasi tidak bisa dilepaskan dari sosok Gus Dur. Sebab, Gus Dur adalah salah satu tokoh yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan demokrasi, baik melaui gerakan maupun gagasan, meskipun terkakang pemikirannya nyleneh. Salah satunya adalah dengan membentuk Fordem untuk memperpjuangkan demokrasi sekaligus melawan represi pemeritahan Orde Baru.

“Melihat sosok Gus Dur jangan memakai otak semata. Namun harus menggunakan kecerdasan spiritual,” jelasnya (Red: Aryudi AR)