Daerah

Cegah Ajaran Intoleran, MWCNU Ajung Gelar Penguatan Aswaja

Ahad, 10 November 2019 | 02:00 WIB

Cegah Ajaran Intoleran, MWCNU Ajung Gelar Penguatan Aswaja

Suasana pertemuan MWCNU Ajung dikediaman Rais Syuriyah NWCNU Ajung. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Untuk mengantisipasi merebaknya ajaran yang menyimpang, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur menggelar pertemuan bersama para Ketua Ranting NU se-Ajung di kediaman Gus Rohim, Ajung, Sabtu (9/1) malam.

 

Pertemuan tersebut dimaksudkan sebagai penguatan Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) bagi para Ketua Ranting dan pengurus MWCNU Ajung.

 

Menurut Ketua MWCNU Ajung, Aman Bachtiar, penguatan Aswaja dalam berbagai bentuknya tak boleh berhenti. Ajung merupakan daerah paling rawan terhadap berkembangnya ajaran yang intoleran dan menyimpang itu. Sebab di Kecamatan Ajung bagian timur, sejak lama telah berdiri sekolah yang beraliran wahabi di tengah-tengah perkampungan Nahdliyin.

 

“Bahkan pertentangan di situ cukup parah, sampai terjadi gontok-gontokan antara warga NU dan pendukung sekolah itu. Untung kami bisa menengahi,” ucapnya.

 

Karena itu, lanjut Anam, penguatan Aswaja merupakan jalan terbaik untuk membetentengi warga dari pengaruh kelompok yang hobi menyerang amaliah nadhliyin itu. Dengan begitu, terjadi imunisasi aqidah bagi warga NU, khususnya pengurus.

 

“Jadi ini langkah terbaik untuk melindungi warga NU,” jelasnya.

 

Di tempat yang sama, Sekrertaris Aswaja NU Center Jember, Ustadz Moch Kholili menegaskan bahwa agama (Islam) harus hadir sebagai jalan keluar dari problematika umat. Sebab setiap persoalan yang terjadi di masyarakat, agama punya jawabannya.

 

“Yang juga penting, warga NU harus menunjukkan sikap yang luwes, memberi contoh perilaku yang menjunjung tinggi toleransi dan rahmatal lil ‘alamin,” ungkapnya.

 

Dalam pandangan Ustadz Kholili, MWCNU juga pelu membentuk lembaga atau badan khusus di tingkat kecamatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, agar NU bisa memberikan pelayanan lebih optimal bagi warga. Dikatakannya, peningkatan pelayanan itu cukup penting sebagai jembatan dakwah. Apalagi kelompok sebelah kerap kali mengggunakan pendekatan ekonomi untuk menarik simpati warga.

 

“Pelayanan untuk masyarakat, atau setidaknya komunikasi dengan warga tak boleh putus. Sebab jika kita tidak melayani warga, justru mereka yang akan melayani warga. Minimal komuniaksi kita wajib terus dibangun,” urainya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi