Pekalongan, NU Online
Bupati Pekalongan, Jawa Tengah, H Asif Kholbihi mengatakan, Peringatan Nuzulul Qur'an diharapkan jadi momentum membumikan Al-Qur'an di Kabupaten Pekalongan agar menjadi spirit pembangunan di Kota Santri.
"Tanpa nilai spiritualitas, pembangunan akan bersifat kosong, tidak akan mampu menghantarkan masyarakatnya untuk selamat di dunia dan akhirat," jelasnya saat memberikan kata sambutan pada Peringatan Nuzulul Qur'an di Masjid Al-Muhtarom, Kajen Kabupaten Pekalongan, Selasa (22/5) malam.
Dijelaskan, untuk membumikan Al-Qur'an, Pemkab Pekalongan telah melakukan sejumlah ikhtiar, di antaranya meluncurkan Kampung Qur'an di Desa Proto, Kecamatan Kedungwuni, peluncuran metode pembelajaran Al-Qur'an, yakni metode Muqri’ Yanbu’a, dan menerapkan jam belajar dan mengaji usai shalat Maghrib hingga Isa', serta terus menerus melakukan kajian-kajian dengan melibatkan ulama-ulama di Kabupaten Pekalongan.
“Pada tanggal 24 Oktober 2018 kita luncurkan Kampung Qur'an di Desa Proto, Kecamatan Kedungwuni. Ini diharapkan kajian-kajian tentang Al-Qur'an minimal tentang tilawatil Qur'an bisa dikembangkan, lebih memasyarakat kembali, agar lebih melengkapi kajian-kajian Islam secara insklusif oleh ustadz/kiai di pesantren dan madrasah," tandasnya.
Dirinya juga menyaksikan peluncuran salah satu metodologi membaca Al-Qur'an yang diinisiasi oleh seorang ahli Qur'an Indonesia, bagaimana cara membaca Al-Qur'an secara cepat dan benar agar pertama bisa memahami ilmu Qur'an dari segi paling awal, yakni tajwid dan membacanya, dan diharapkan bisa meningkat ke ilmu tafsirnya.
"Karena Qur'an ini tidak bisa dipahami secara sembarangan. Yang penting kita akan terus menerus melakukan kajian-kajian agar Al-Qur'an ini bisa berkembang dengan baik, dengan mengajak diskusi ulama-ulama muda di Kabupaten Pekalongan,” papar Bupati.
Disebutkan Asif, Kabupaten Pekalongan kaya sekali dengan orang-orang cerdik pandai di bidang agama, dan ini warisan nenek moyang. Menurutnya, berdasarkan penelitian yang ada, agama Islam ternyata sudah masuk sejak zaman sahabat. Kabupaten Pekalongan, lanjut Bupati, adalah salah satu kabupaten yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa bagian utara. Bahkan, menurut Gus Dur yang pernah melakukan napak tilas di Pekalongan, Islam masuk ke Kabupaten Pekalongan jauh sebelum Wali Songo.
“Masyarakat Kabupaten Pekalongan sudah memeluk Islam sejak lama. Sebagai generasi panjang yang sudah mewarisi kultur budaya keislaman yang sudah lama, kita perlu melakukan pembaharuan di tingkat paradigma maupun gerakan agar masyarakat Islam Kabupaten Pekalongan tidak mudah goyah," jelas bupati yang pernah mendapatkan gelar Santri of The Year 2018.
Kepada NU Online, Kamis (23/5) Bupati mengatakan, ada pertanyaan, orang Islam tapi tidak mengerti Qur'an bagaimana?. Ini menjadi tantangan kita semua, melalui forum-forum, peringatan-peringatan, dan kajian-kajian dengan melibatkan seluruh pihak di Kabupaten Pekalongan,” ujarnya.
Bupati meyakini jika ajaran-ajaran Qur'an bisa diaktualisasi, apalagi menyangkut relasi antara pemimpin dengan yang dipimpin, maka konsep baldatun tayyibatun warabbun ghafur bisa terwujud.
“Membangun itu harus punya landasan spiritualitas. Ketika kita membangun peradaban dan menafikan aspek spiritualitas, maka pembangunan ini akan bersifat kosong, tidak mempunyai kekuatan untuk menghantarkan masyarakat mencapai keselamatan di dunia dan akhirat," pungkasnya. (Muiz)