Daerah

BNPB dan BRIN Lakukan Rekayasa Cuaca, Banjir di Pati Mulai Surut

Sab, 23 Maret 2024 | 18:15 WIB

BNPB dan BRIN Lakukan Rekayasa Cuaca, Banjir di Pati Mulai Surut

BPBD Pati saat melakukan penanganan banjir di Kabupaten Pati. (Foto: dok. BPBD Pati)

Pati, NU Online
Banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Pati Jawa Tengah sejak tanggal 19 Maret 2024 berangsur-angsur surut karena curah hujan yang rendah. Rendahnya curah hujan ini juga merupakan hasil rekayasa cuaca yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).


Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapupaten Pati, Martinus Budi Prasetyo menjelaskan sistem rekayasa yang dilakukan untuk menurunkan tingginya curah hujan.


"Itu ada penggaraman. Penggaraman itu awan hujan digarami sehingga jatuhnya di laut, tidak jatuh di daratan. Itu adalah rekayasa cuaca yang dilakukan BNPB dan BRIN," kata Martinus Budi Prasetyo, diwawancarai secara eksklusif oleh NU Online di kantornya Sabtu (23/3/2024).


Martinus mengatakan penggaraman tersebut mengurangi dampak tingginya hujan yang jatuh ke daratan, sehingga mulai tanggal 20 Maret 2024 kemarin, curah hujan sudah mulai berkurang.


"Berkurangnya curah hujan ini menyebabkan beberapa titik sudah surut, meskipun belum kering sama sekali," ujar Martinus Budi Prasetyo.

 

Penyebab banjir
Pihaknya juga menjelaskan, banjir yang terjadi di Kabupaten Pati disebabkan oleh tiga faktor yaitu cuaca yang ekstrem. dibukanya Bendung Wilanglung Kudus, dan banjir rob yang terjadi di pesisir pantai utara Jawa.


"Saya ulangi, tiga itu satu cuaca ekstrem, curah hujan yang tinggi, kemudian dibukanya Bendung Wilanglung ke Lembah Silugonggo atau Sungai Juwana, kemudian yang ketiga fenomena banjir rob di pesisir laut utara Jawa," papar Martinus.

 

Martinus mengatakan, banjir di Kabupaten Pati terjadi sejak Rabu (13/3/2024). Banjir diawali dengan hujan deras atau cuaca ekstrem. Kemudian pada Kamis (14/3/2024), mulai ada genangan-genangan air. Daerah terdampak banjir di Kabupten Pati awalnya hanya wilayah Kecamatan Kayen kemudian Tambakromo.


"Kalau Kayen dan Tambakromo itu airnya dari Pegunugan Kendeng. Terus turun di bawahnya, meliputi Kecamatan Tambakromo itu Desa Angkatan Lor dan Angkatan Kidul. Kemudian di Kecamatan Kayen di ibu kota kecamatan. Yang mengawali (banjir) itu," terangnya.


Martinus menambahkan, banjir di Kabupaten Pati ini merendam sawah seluas 7.000 hektar, baik sawah yang siap panen atau yang padinya masih berusia muda. Selain itu, banjir juga merendam permukiman warga di beberapa kecamatan di Pati.

 

"Mulai dari Jongso, Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo, kemudian Poncomulyo, Desa Gadudero, Kecamatan Sukolilo. Kemudian terus berturut-turut masuk wilayah Kecamatan Kayen itu di Desa Srikaton. Kemudian masuk wilayah Kecamatan Gabus, kemudian masuk Pati Kota, Jakenan, Juwana. Itu akhirnya, daerah-daerah yang terdampak dari lintasan atau banjiran dari Sungai Silugonggo atau Sungai Juwana," tuturnya.