Daerah

Berusahalah Menjauhkan Sifat Tercela dalam Diri

NU Online  ·  Senin, 22 Januari 2018 | 10:10 WIB

Sumenep, NU Online
Setiap Muslim harus mencoba untuk menghindari diri dari sejumlah sifat tercela. Karena segala jenis penyakit di masyarakat dan lingkungan adalah diawali dengan perbuatan tercela yang ada di dalam hati.

Demikian yang disampaikan Kiai Fadlan Maskuri saat mengisi kajian Shubuh di Masjid Jamik Sumenep, Senin (22/1). Ini adalah kegiatan rutin yang diasuh Kiai Oyek, sapaan akrabnya.

“Hendaknya manusia menjaga dari dua sifat tercela yakni sombong dan bangga pada diri sendiri,” katanya. Karena dari sifat tersebut berakibat adanya rasa meremehkan orang lain dan tentu saja merasa diri paling baik. 

Secara lebih rinci, putra KH Said yang juga pengasuh Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar Pengarangan tersebut mengemukakan bahwa sombong kepada Allah SWT pada gilirannya yang bersangkutan tidak beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah. “Dan akhirnya mengantarkan sebagai orang kafir,” urainya.

Sedangkan sombong terhadap sesama mengakibatkana manusia mudah melakukan perbuatan maksiat. “Gemar berbuat salah dan melanggar aturan lantaran menganggap diri lebih baik,” katanya.

Padahal surga disiapkan bagi orang orang yang beradab, tawadduk dan rendah hati. “Surga tidak akan diberikan kepada orang yang memiliki sifat sombong,” ujngkapnya. 

Saking bahayanya sifat sombong tersebut, tampilan yang bisa dikesankan memiliki sifat tercela tersebut juga dilarang. “Bahkan memalingkan muka saat berbicara dengan orang lain juga termasuk dilarang,” tandasnya. Artinya, tidak memperhatikan lawan bicara, cuek dan sejenisnya adalah di antara perilaku yang merendahkan. Karenanya hal ini sangat dilarang, lanjutnya. 

Secara detil, Kiai Oyik mengemukakan sebisa mungkin menanggalkan sifat sombong, kendati diri hidup dengan kemewahan. “Jika ada orang bangga menggunakan baju bagus, sandal keren, motor mahal tanpa meremehkan orang lain itu tidak masuk sifat sombong,” katanya. 

Mengutip sebuah cerita kala masa sahabat, Kiai Oyik menggambarkan bagaimana mereka ingin tidak dihinggapi rasa sombong dalam diri. “Dulu masa sahabat , ada orang kaya menggendong kayu bakar menuju pasar,” kisahnya. Salah seorang kemudian bertanya mengapa melakukan hal tersebut. Jawabannya mencenangkan, bahwa semua dilakukan untuk berusaha memerangi hati agar tidak ada rasa sombong.

“Karenanya semoga Allah SWT menjaga hati kita dari sifat sifat penyakit hati,” katanya di pemungkas kajian. (Irwan S/Ibnu Nawawi)