Daerah SMK MA’ARIF SLEMAN

Berprestasi di Tengah Keterbatasan

NU Online  ·  Jumat, 12 April 2013 | 01:06 WIB

Lembaga pendidikan dibangun sebagai saranamemberi bekal untuk masa depan. Karena pendidikan adalah human invest. Pendidikan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki manusia sebagai upaya peningkatan sumber daya.Hal ini akan menjadi modal utama dalam menghadapi kehidupandi masa mendatang.<>

Bekal tersebut tidak melulu berupa keterampilan untuk berkompetisi di dunia kerja. Namun juga bekal moral-spiritual sebagai modal untuk berinteraksi sosial dalam kehidupan. Sayangnya, bekal moral-spiritualacapkali dilupakan oleh banyak lembaga pendidikan. Intelektual ansichlebih sering dikedepankan. Hasilnya, ada banyak kaum intelektual tapi tak bermoral.

Sejak berdiripada 1988, SMK Ma’arif 1 Sleman ingin merespons ketidakseimbangan orientasi lembaga pendidikan di atas. “Meskipun berada di desa dengan segala keterbatasannya, SMK ini ingin mewujudkan insan didik yang mukmin, muttaqin, dan mukhsin,”tutur Murdiyanta, kepala sekolah saat ditemuiBangkit.

Kepala sekolah SMK Ma’arif 1 Sleman ini menegaskan bahwahal yang terpenting adalah siswa harus memiliki jiwa AhlussunahWaljama’ah.Selain untuk mempertegas identitas, hal tersebut juga sebagai filter tindak-tanduk mereka dalam mengarungi kehidupan. 

Di sekolah ini, akuntansi adalah satu-satunya jurusan yang ada. Kendati demikian animo masyarakat terhitung amat besar. Bukan hanya dari wilayah sekitar Sleman, siswa yang belajar juga datang dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Adanya dua pondok pesantren di sekitar SMK ini kian menambah semangat siswa. Dua pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren BustanulMa’mur di bawah asuhan K. Badaruddin dan Pondok Pesantren Miftahul Falak yang diasuh oleh K. Yabani. 

Dengan dukungan 14 guru berkompeten, SMK ini mengepakkan sayap meraih prestasi. Setidaknya tiga prestasi bergengsi mampu diraih. Juara lomba karya ilmiah, pidato, MTQ, dan CCA sekabupaten Sleman dapat disabet dalam kurun waktu yang relatif bersamaan.

“Siswa kami memang mayoritas berasal dari kalangan menengah ke bawah,”ungkap Murdiyanta. ”Namun untuk masalah prestasi, kami tentu tidak mau kalah dengan sekolah-sekolah elit,”tegasnya.

Prestasi ujian akhir Nasional di SMK ini juga tak kalah mentereng. Dari sekira 100 SLTA di Sleman, SMK Ma’arif 1 Sleman menempati peringkat ke-22. Prestasi yang cukup bagus bagi sekolah yang di wilayah pedesaan dengan segala keterbatasannya. 

SMK Ma’arif 1 Sleman ini selalu memberikan perhatian penuh terhadap potensi siswa di luar jam formal. Maka, ekstrakulikuler seperti pramuka, pelatihan komputer, dan qira’ah intens dilakukan. Bahkan khusus untuk pidato siswa diminta langsung terjun di masyarakat melalui pengajian rutin. 

Pengabdian masyarakat juga tak luput dari perhatian sekolah. Pada pertengahan Desember kemarin siswa SMK Ma’arif 1 Sleman bekerja sama dengan IPNU Sleman melakukan kegiatan bakti sosial (baksos) di kawasan Merapi. “Hal tersebut demi meningkatkan kepedulian sosial pada diri siswa,” kataMardiyanta.

Dimensi moral-spiritual pun terus diasah di SMK ini. Pertama dilakukan dengan memberikan materi keagamaan. Seperti materi Aswaja, Qur’anHadits, dan Akidah Akhlak sebanyak 6 jam tiap minggu. Kedua, dilakukan di luar jam pelajaran. Seperti salat Dhuha dan Zuhur berjamaah, pengajian rutin hingga mujahadah. 

Murdiyanta berharap, ke depan SMK Ma’arif 1 bisa membuka jurusan baru. Prestasi akan terus ditingkatkan. Namun ia menyesalkan, selama ini warga Nahdliyin kurang begitu peduli terhadap lembaga pendidikan Ma’arif. Mereka lebih pedemenyekolahkan anak-anaknya ke sekolahnon-Ma’arif. 

Menurutnya, para ulama NU perlu menyindir persoalan ini di setiap pengajian. Jika bukan warga Nahdliyinsendiri, siapa lagi yang akan mengisi dan mengembangkan sekolah-sekolah Ma’arif. (Rokhim-Hanif)