Daerah

Berburu Berkah Nabi Muhammad SAW dengan Receh

Jum, 25 Januari 2013 | 12:59 WIB

Madiun, NU Online
Beragam cara dan kegiatan dilakukan oleh umat Islam untuk memperingati maulid atau hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang jatuh pada 12 Rabiul Awwal 1434 Hijriah atau tepatnya untuk tahun ini pada 24 Januari 2013.
<>
Seperti yang dilakukan di Masjid Wakaf Jamsaren, Kota Kediri, Jawa Timur. Ratusan anak kecil dan orang dewasa memenuhi masjid. Anak-anak putri berpakaian lengkap dengan kerudung, sementara yang putra dengan peci. Mereka sangat bersemangat datang ke masjid.

Tujuannya, bukan hanya mengikuti kegiatan shalawat dalam rangka memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awwal, yang diselenggarakan pada Rabu (23/1) malam, melainkan juga bersemangat ikut berebut uang receh.

Nnn Kegiatan menebar uang receh berupa pecahan Rp100 sampai Rp500 di Masjid Wakaf Jamsaren, Kecamatan Kota Kediri, merupakan agenda rutin yang dilakukan setiap tahun untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.

Pengurus masjid MZ Anshori, mengatakan kegiatan itu dilakukan ikhlas oleh warga. Acara itu juga tradisi yang dilakukan setiap tahun saat memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.

"Ini untuk menambah kecintaan kepada Rasul dan acara ini rutin dilakukan untuk menambah hikmah di masjid," ucapnya.

Menurut dia, uang receh yang disebar di masjid pun dibawa oleh masing-masing warga. Mereka ikhlas membawa uang receh dan hanya berharap berkah. Selain itu, menyebar uang itu berdasarkan tuntunan dan berdasarkan riwayat hadist. Beberapa intinya, kegiatan peringatan ini sebagai upaya untuk menghidupkan Islam serta akan dimasukkan dalam golongan orang yang beruntung.

Rangkaian acara dalam peringatan hari lahirnya Rasul itu di antaranya mengadakan shalat fardhu berjamaah, membacakan "shalawat barjanji" bersama-sama", serta pengajian umum.

NRatusan anak maupun orang dewasa sudah berkumpul di dalam masjid saat memasuki Shalat Maghrib. Anak-anak begitu antusias berada di tengah para orang dewasa yang sedang mengumandangkan shalawat yang dilakukan dengan berdiri setelah sekian lama hanya duduk bersila itu. Mereka berdiri, anak-anak pun bersiap-siap berebut uang yang sengaja disebar.

Anak-anak itu pun saling berebut ketika uang disebar di tengah kerumunan para orang dewasa yang sedang mengumandangkan shalawat. Tidak jarang, terjadi senggolan, bahkan tubuh mereka saling bertubrukan demi mendapat uang receh yang sengaja disebar.

Namun, insiden ini tidak pernah ada yang membuat luka. Mereka begitu menikmati berebut uang receh dengan sesama rekan mereka. Bahkan, mereka pun terkadang harus berebut dengan orang yang lebih dewasa.

Suasana pembacaan shalawat pun tetap berjalan dengan hidmat. Menggunakan pengeras suara ("loudspeaker"), jamaah sangat antusias melantunkan shalawat. Mereka tidak terpengaruh dengan keriuhan anak-anak saat berebut uang receh.

Rendy (12), salah seorang anak yang ikut berebut uang receh itu mengaku sangat senang. Ia mendapatkan uang Rp10 ribu dari hasil ikut berebut uang receh di masjid.

"Saya senang ikut acara ini. Walaupun ikut berebut dengan teman, saya senang dan berharap ikut mendapatkan berkah," ucapnya.

Semangat Ikuti Maulid

Sejumlah warga yang ditemui mengatakan sudah lama mempersiapkan untuk acara itu. Mereka bahkan sudah beberapa bulan lalu mulai mengumpulkan uang receh guna memeriahkan acara itu.

Seperti yang diungkapkan oleh Zaenal (37). Pria yang tinggal di Kelurahan Jamsaren ini mengatakan sudah mulai mengumpulkan uang receh sejak satu bulan lalu.

Ia meminta uang receh pada pembeli ketika membeli sesuatu. Pun demikian, dengan anaknya, ketika mempunyai uang receh dikumpulkan.

"Satu bulan lalu mulai kami kumpulkan, dan memang khusus untuk acara ini," ujarnya.

Ia menyebut, uang receh yang dikumpulkan sampai Rp100 ribu. Ia mengaku ikhlas dan memberikannya untuk disebar di masjid dan berharap berkah dengan uang yang disumbangkan itu.

Sumarwan (50) warga lain mengaku justru tidak ada persiapan khusus untuk ikut acara itu, bahkan ia baru sehari mengumpulkan uang dan langsung dibawa ke acara itu.

"Kalau jumlahnya saya tidak menghitung. Yang jelas, sehari dikumpulkan dan langsung dibawa ke masjid ini," ucapnya.

Lain lagi yang diungkapkan oleh Amin (45), warga lain yang ikut dalam acara itu. Ia bahkan pernah dititipi oleh rekannya, tiga bungkus besar plastik yang berisi uang receh dengan pecahan Rp100, Rp200, sampai Rp500. Uang itu sengaja dititipkan, karena temannya berhalangan hadir dalam acara itu.

"Niatnya untuk sedekah, karena rekan tidak bisa hadir, ia menitipkan ke saya. Uang ini dibagi untuk menjaga tradisi dan berharap berkah," ucapnya.

Muhammad lahir di Mekkah pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah atau 571 Masehi. Ayah beliau, Abdullah wafat saat dirinya masih dalam kandungan. Saat itu, ayahanda Muhammad meninggal dalam perjalanan ke Yastrib (Madinah).

Pada saat usianya enam tahun, ibundanya, Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yastrib untuk mengunjungi keluarga dan makam ayahandanya. Namun, dalam perjalanan pulang, ibundanya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang lokasinya tidak jauh dari Yatsrib dan dimakamkan di sana.

Tradisi serupa juga dibudayakan di sejumlah daerah di Jatim, termasuk di Surabaya. Misalnya, di surau "Khoirul Anwar" Wonocolo VI, Surabaya yang memperingati Maulid Nabi pada Rabu (23/1) malam atau malam Maulid Nabi.

Puluhan warga kampung itu berdatangan ke surau itu sejak menjelang Maghrib untuk shalat berjamaah, kemudian mereka membacakan Diba' yang berisi kumpulan shalawat untuk nabi dan menjelang akhir acara ada sejumlah orang dewasa yang melempar uang receh ke arah anak-anak, sehingga mereka pun saling berebut.

"Bukan uang receh itu yang penting, tapi anak-anak bersemangat untuk datang ke acara maulid. Awalnya, mereka memang berebut uang receh itu, tapi saat dewasa akan mengerti sejarah Nabi Muhammad SAW untuk diteladani dalam kehidupannya," ucap warga kampung setempat, H Djakfar. 


Redaktur: Mukafi Niam
Sumber  : Antara