Daerah

Belajar Jurnalistik untuk Antisipasi Hoaks dan Serangan kepada Kiai NU

Rab, 5 Februari 2020 | 01:30 WIB

Belajar Jurnalistik untuk Antisipasi Hoaks dan Serangan kepada Kiai NU

Pelajar NU di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur belajar administrasi dan jurnalistik. (Foto:NU Online/Syarif Abdurrahman)

Lamongan, NU Online 
Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) Sugio, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur mengadakan pendidikan dan pelatihan (diklat) administrasi dan jurnalistik. Acara ini dipusatkan di aula Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama (SMKNU) Sugio dan diikuti oleh seluruh pimpinan ranting se-kecamatan dan pimpinan komisariat IPNU-IPPNU di Kecamatan Sugio.
 
Menurut Ketua IPNU Sugio M Amim Zamzah kegiatan ini guna menguatkan kader IPNU-IPPNU dari luar dan dalam. Belajar administrasi membuat kader tidak gagap dalam masalah internal. Sedangkan jurnalistik mempengaruhi kader dalam melihat sebuah pemberitaan. 
 
Jurnalistik dapat mengkonstruksi atau membentuk relaitas yang sebenarnya. Sesuatu yang salah dapat dipandang benar ketika dibentuk sebagi kebenaran oleh media, dan sebaliknya. Perkembangan zaman yang begitu pesat dan pertumbuhan teknologi yang cepat, diperkirakan akan mematikan keberadaan jurnalistik, sehingga muncul istilah ”Zombie Institution”.
 
"Kadang berita yang tersebar tentang NU tidak tepat, sehingga sebagai kader NU kita perlu meluruskan ini," katanya, Selasa (4/2).
 
Kemajuan teknologi berimbas pada pertumbuhan media-media baru, salah satunya dengan masifnya media online di Indonesia. Saat ini perang yang dibangun oleh sebagian orang khususnya pegiat media adalah perang opini. Opini ini kemudian disebar di sejumlah media sosial untuk mempengaruhi publik.
 
"Fitnah, kebohongan, dan provokasi kini marak muncul di masyrakat sehingga menyebabkan perpecahan, konflik dan kebencian. Ini harus diwaspadai kader NU," tambah Amim.
 
Berangkat dari peristiwa di atas, IPNU-IPPNU Sugio merasa belajar ilmu jurnalistik sudah jadi kewajiban bagi kader. Hal ini tak lepas dari niat menjaga kiai di media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan whatshap. Pemateri pelatihan jurnalistik ini didatangkan dari Pesantren Tebuireng Jombang, Abdurrahman.
 
"Tidak ada jaminan organisasi dan kiai kita akan aman dari fitnah di medsos, oleh karena itu maka kita antisipasi dengan belajar jurnalistik," ungkapnya.
 
Ia mendorong media pemberitaan baik cetak, online, televisi maupun radio dijadikan sarana dialog publik dan mencerdaskan masyarakat. Oleh karenanya, ia juga berharap kader IPNU-IPPNU terlibat dalam pengisian konten berita baik sebagai penulis, pembawa berita, dan pemilik media itu sendiri.
 
"Kita kasi bekal biar tak gagap saat dakwah lewat media pemberitaan. Zaman telah berubah dan cara dakwah juga harus kreatif," tandas Amim.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin