Daerah

Begini Cara MT Hubburraasul Rangkul Anak Muda Zaman Now

Sel, 3 April 2018 | 14:00 WIB

Bekasi, NU Online
Sekitar 20 orang berkumpul saban Ahad malam, di Majelis Hubburraasul. Alih-alih para tetua, justru mereka adalah anak-anak muda berusia 20-25 tahun. Mereka menyenandungkan tahlil, tahmid, dan maulid Nabi Muhammad SAW dengan iringan hadrah. 

Anak-anak muda ini juga mengaji kitab-kitab turats dengan disiplin keilmuan tauhid (Tijan ad-Darori), fiqh (Nihayatuz Zain), dan akhlak (Ta’lim Muta’allim).

Majelis yang berlokasi di Pangkalan 1B Gang Haji Dudung RT 003/003 Kelurahan Bantar Gebang, Kecamatan Bantagebang, Kota Bekasi ini merupakan embrio lahirnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Bantargebang  yang di kemudian hari turut mewarnai kiprah dan gerak laju IPNU IPPNU di level cabang.

Hubburraasul terbentuk pada 30 Desember 2012 dipelopori Wildan Fathurrahman, majelis ini mulanya hanya diikuti sekitar tujuh orang pemuda. Perlahan namun pasti, jemaahnya terus bertambah sampai ratusan.

“Kalau anggota 100-an, kalau pengurus 20,” kata Ketua PAC IPNU Bantar Gebang yang alumni Akper Universitas Islam As-Syafiiyah ini.

Meski secara kultur relatif homogen, namun beberapa anggota Hubburraasul berasal dari pelbagai latar belakang. Ada penyuka balap liar, pengagum music cadas, bahkan ada yang dulunya gemar mabuk-mabukan, meski ada juga yang aktif di tablig. Untuk mengatasinya, para penggerak Hubburraasul generasi pertama melakukan terobosan dan pendekatan khas anak muda.

Pertama, jika metode konvensional menerapkan konsep ngaji dengan terfokus di satu ustadz dan jemaah diposisikan hanya sebagai pendengar. Lain halnya dengan Hubburraasul. Di sana dibuat konsep serupa muhadhoroh, di mana jama'ah dilibatkan secara aktif-partisipatif dalam majelis. 

“Ada yang ditugaskan sebagai pembawa acara, pembaca tahlil tahmid, pembaca maulid, dan ceramah,” ujar Kang Wildan, begitu ia akrab disapa.

Kedua, pengajian tidak dibikin monoton membahas kitab, tetapi ada selingan pembacaan tahlil, tahmid, dan maulid. Kegiatan-kegiatan seperti itu yang juga dilakukan di Majelis Rasulullah (MR)atau Nurul Musthofa (NM). Ketiga, Hubburraasul mempunyai fleksibilitas yang berbeda dengan majelis orang-orang tua, karena digerakkan oleh anak-anak muda.

“Kalau pengajian orang tua jam sembilan selesai, pengajian anak muda justru baru mulai. Dari situlah Hubburraasul mendapat tempat di hati teman-teman, karena mengakomodir kegemaran nongkrong. Jadi, tidak serta merta menghapus kebiasaan lama yang dianggap negatif, tetapi memodifikasinya,” terang pria 25 tahun yang tengah merencanakan untuk menikah dalam waktu dekat ini.

Ketua Majelis Taklim Hubburraasul 2017-2018 Akbar Abdul Aziz menambahkan, masa-masa awal majelis terbentuk adalah masa-masa perjuangan. Para penggagas, kata Akbar, telah melakukan pendekatan secara intens dan personal untuk mengajak para pemuda aktif di Hubburraasul. Beberapa nyantol, beberapa lainnya masih angin-anginan; dua minggu aktif, setelahnya hilang lagi.

Namun, bagi yang sudah pernah aktif ikut tablig, baik di MR, NM, atau pun majelis di sekitaran Bantargebang, bakal cenderung lebih mudah diajak. Mereka punya keresahan yang sama; kesamaan geografis dan kultur. Sehingga, muncul pertanyaan dan perasaan ‘kenapa nggak bikin majelis sendiri aja’ dan motivasi yang sama; yaitu figur idola seperti Habib Abdullah bin Ali. Kesamaan idola, akan membuat jejaring semakin mudah ditaut.

Peserta terbaik pada Latihan Kader Muda (Lakmud) PC IPNU IPPNU Kota Bekasi 2018 ini menambahkan, peran mereka telah diapresiasi oleh berbagai pihak. Mulai dari Lurah Bantargebang hingga pengurus NU baik di tingkat kecamatan maupun di kota, merespons positif kiprah dan sumbangsih Hubburraasul di tengah maraknya perilaku negatif anak muda saat ini. Bahkan, Hubburraasul telah merambah ke bidang sosial, dengan mengadakan kegiatan pengobatan dan penyuluhan kesehatan gratis.

“Yang jadi pekerjaan rumah sekarang adalah bagaimana memperkuat basis pengetahuan keislaman teman-teman, seperti baca Qur’annya, kajian-kajian fiqihnya, Aswajanya, yang Insyaallah akan terus kita bangun bersama,” tukas Akbar. (Syamsul/Aru Elgete/Muiz)