Daerah

Ansor Harus Pelopori Pelajaran Sejarah Masuk Kurikulum Sekolah

Rab, 28 Oktober 2020 | 22:00 WIB

Ansor Harus Pelopori Pelajaran Sejarah Masuk Kurikulum Sekolah

Kegiatan Hari Santri dan peresmian Kantor PC GP Ansor Kota Tegal (Foto: NU Online/Wasdiun)

Tegal, NU Online  
Pengasuh Pesantren Merah Putih Kandang NU Buntet Pesantren Cirebon, KH Nauval Fuad Hasyim mengajak kepada Gerakan Pemuda (GP) Ansor untuk mendesak pemerintah agar pelajaran sejarah kembali masuk ke kurikulum Pendidikan Nasional. 

 

"Sebab, bangsa yang besar adalah yang tidak melupakan sejarah. Dari sejarah juga muncul jiwa nasionalisme yang tinggi," tegasnya.

 

Demikian disampaikan Gus Nauval saat sarasehan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 Hijriah, Sumpah Pemuda ke-92, Hari Santri, dan Peresmian Kantor Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Kota Tegal, di Gedung NU Jalan Bala Dewa No 9 Kejambon, Tegal Timur, Selasa (27/10) malam.

 

“Saya sangat berharap, Ansor Kota Tegal, KNPI Kota Tegal, dan NU Kota Tegal menjadi motor untuk kembalinya pelajaran sejarah di sekolah-sekolkah,” ajak Gus Nauval.

 

Menurutnya, ideologi bangsa dan negara tidak akan berjalan, tanpa anak-anak muda yang mengerti sejarah bangsanya. Tidak akan ada nasionalisme tanpa sejarah. Tidak akan ada ghirah tanpa sejarah. Maka sejarah itu sangat penting, dan Ansor, KNPI, dan NU harus menjadi penggerak dan pendobrak untuk kembalinya pelajaran sejarah agar diajarkan kembali di bangku-bangku sekolah. Atau minimal menjadi pelajaran muatan lokal, di daerahnya masing-masing.

 

“Sanggup, bisakah kita kembalikan pelajaran sejarah ke bangku sekolah?,” ajak Gus Nauval yang dijawab serentak kata bisa oleh seluruh pengunjung sarasehan. 

 

Contoh kecil, lewat pelajaran sejarah generasi muda akan mengerti siapakah Kardinah itu? Tentu generasi sekarang tidak mengerti siapa dia karena pelajaran sejarah telah dihilangkan. Padahal dia adik RA Kartini yang membangun rumah sakit di Tegal dan mendirikan Sekolah Kepandaian Putri Tegal. 

 

“Brebes dan Tegal tidak kurang dari para pejuang, para pemuda pejuang. Seperti Kiai Syatori Brebes, Binaji Cokroamijoyo Brebes, dan Kiai Mukhlas Cerih Tegal adalah para pejuang yang harus dicatat dan diajarkan sejarahnya,” ungkapnya. 

 

Kata Gus Nauval, pejuang-pejuang muda tempo dulu telah mengedepankan akhlak dalam perjuangannya sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Ansor pun harus demikian dalam perjuangannya, dengan mengedepankan akhlakul karimah.

 

"Sebagaimana didefinisikan KH Mustofa Bisri atau Gus Mus bahwa santri harus memiliki karakter akhlakul karimah, tekun belajar mengikuti kiai dan bertakwa kepada Allah SWT," ucapnya. 

 

Nauval mengkritisi lemahnya penulisan sejarah yang tidak mencatat peran santri dalam medan perjuangan menegakkan NKRI. Sebagai contoh, peran pemuda hanya ditarik dalam 1928 padahal santri sebagai bagian dari pemuda sejak 1803 sudah menggelorakan Perang Santri atau Perang Kedongdong di perbatasan Majalengka-Indramayu Jawa Barat. 

 

"Artinya, Santri sudah berperang melawan Belanda sejak 1803 yang dipimpin Ki Bagus Serik yang masih berusia muda 35 tahun. Santri saat itu, sudah memahami kehidupan berbangsa dan bernegara dengan melawan Belanda. Sudah memahami betapa pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang merdeka untuk kemaslahatan umat,” ungkitnya. 

 

Dan Perang Santri itu lanjutnya, menjadi embrio Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro. 1825-1830. Di Perang Jawa, yang berperang adalah santri karena terbukti panglima perangnya adalah Sentot Ali Basa Prawirodirjo yang juga santrinya Pangeran Diponegoro atau Sayid Abdul Hamid yang merupakan Habib, Mursyid Thariqah Assathariyah. 

 

"Keberadaan bangsa tidak lepas dari keberadaan pemuda saat itu. Pemuda telah memicu dan memantik betapa pentingnya kemerdekaan. Pemuda jaman sekarang adalah pemimpin masa depan bangsa. Maka pemuda harus tahu sejarahnya, pelajari sejarah bangsanya," tegasnya.

 

Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kabag Kesra Setda Kota Tegal Ali Rosyidi menegaskan bahwa peran pemuda sangat menentukan. Perubahan sosial dan politik tak bisa lepas dari peran pemuda. Momenteum kemerdekaan, suksesi orda lama ke orde baru juga lahirnya era reformasi tak lepas dari peran pemuda.

 

"Saya mengucapkan terima kasih kepada GP Ansor yang telah secara nyata turut mendukung jalannya pemerintah Kota Tegal. Terutama dalam Pembangunan karakter di Kota Tegal," ucapnya. 

 

Ketua PC NU Kota Tegal Abdal Hakim Thohari juga mengakui peran pemuda yang sangat dominan. Sifat pemuda penuh inovatosi, pergerakan, dan pemikiran-pemikirannya juga independen. Untuk itu, di mana kebenaran itu ada, maka pemuda harus berada, harus berpihak pada kebenaran. Perubahan peradaban yang dibawa Nabi Muhammad harus menjadi landasan pemuda, khususnya GP Ansor dalam meneguhkan perjuangannya. 

 

“GP Ansor harus berjuang sebagai inovator pergerakan, tetapi harus independen. Di mana kebenaran itu ada maka di situlah GP Ansor ada. Aktualisasi GP Ansor dalam persaingan global dalam situasi dan kondisi apapun harus tetap terwujud,” pungkasnya.

 

Ketua GP Ansor Kota Tegal Sarwo Edi menjelaskan, kegiatan malam ini merupakan rombongan. Karena sekali dayung dua tiga pulau terlampau yakni Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Sumpah Pemuda, Hari Santri, dan juga peresmian Kantor PC Ansor.

 

Sarasehan digelar dengan aturan protokol kesehatan dengan undang terbatas. Secara gratis peserta seminar mendapatkan masker. Sebelumnya juga cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer serta jaga jarak. 

 

Kontributor: Wasdiun 
Editor: Abdul Muiz