Daerah

‘Angkak-angkak’ dan Kesenian, Ungkapan Cinta Warga Bawean pada Sang Nabi

Rab, 21 November 2018 | 11:45 WIB

‘Angkak-angkak’ dan Kesenian, Ungkapan Cinta Warga Bawean pada Sang Nabi

Perayaan Maulid Nabi di Bawean

Jakarta, NU Online
Bagi sebagian besar orang, maulid Nabi Muhammad SAW adalah momentum memperingati keteladanan hidup Sang Nabi untuk diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam perayaannya, perilaku dan nilai-nilai kehidupan Rasulullah SAW seperti menghormati orang lain, menghargai perbedaan, dan seterusnya dihadirkan dengan sedemikian nyata untuk diteladani.  

Demikian sebagian besar tujuan peringatan Maulid Nabi Muhammad digelar di mana-mana. Tapi warga Muslim di Pulau Bawean sedikit berbeda. Mereka memiliki penekanan yang relatif lebih spesifik atas perayaan setiap 12 Rabiul Awal ini. Mereka memaknai bulan Maulid dengan dua hal utama; berbagi kebahagiaan dan bersedekah.



“Bagi orang Bawean, Maulid Nabi atau Mulot sudah seperti lebaran. Orang-orang mulai dari kecil hingga yang besar senang merayakan Maulid Nabi,” ujar Himmatus Syarifah (38) warga Desa Sangkapura, Gresik pada NU Online. Kebahagiaannya diungkapkan dengan cara merayakan peringatan Maulid Nabi melalui bertukar ‘angkak-angkak’ di masjid dan mushalla di lingkungannya. 

Secara harfiyah ‘angkak-angkak’ berarti berkat yang diangkat. Biasanya berupa ember atau baskom yang berisi sejumlah makanan, minuman, bunga telur, termasuk pula sejumlah uang. Masing-masing keluarga akan membawa ‘angkak-angkak’ ke masjid untuk ditukar dengan milik orang lain secara acak. 

Menjadi semakin menarik, karena ‘angkak-angkak’ ini dihias dengan cantik berhiaskan warna cerah lengkap dengan aksessoris yang menarik perhatian. Karena dibagikan secara acak, setiap orang tak tahu akan mendapat ‘angkak-angkak’ yang mana dan dari siapa.  

‘Angkak-angkak’ atau berkat sendiri disajikan dengan tujuan untuk berbagi pada sesame manusia seraya berharap berkah dari Allah SWT. Karena termasuk momen spesial, sebagian warga sengaja menabung untuk menyiapkannya. Singkatnya mereka menyajikan ‘apa yang ada’.

“Nah, yang kita dapatkan dari masjid nanti akan dibagikan sebagian kepada tetangga yang kurang beruntung. Itu namanya ‘ater-ater’ (barang yang diantar-red). Tujuannya untuk berbagi kebahagiaan,” ujarnya.



Dia meyakini, berkat yang didapat dari masjid selama perayaan Maulid Nabi adalah makanan yang mengandung nilai keberkahan tersendiri. “Kan makanannya sebelum dibagikan sudah didoain di masjid, jadi insyallah barokah. Makanya ketika sampai di rumah makananya dimakan bareng-bareng dengan keluarga besar juga,” lanjut Himma. 

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di desanya dirayakan di Masjid Masjid Agung Saadatud Daroin Alun-Alun Kecamatan Sangkapura, Selasa (20/11). Perayaannya dilakukan sejak pagi pukul 08.00 Wib hingga lepas Shalat Zuhur dengan melibatkan sekitar 150 warga dan ‘angkak-angkak’ yang siap dibagiratakan. 

Sejak pagi panitia maulid sudah sibuk menjemput ‘angkak-angkak’ untuk dibawa ke masjid dan dinomori. Hari itu seluruh sudut masjid dipenuhi oleh ‘angkak-angkak’. Resminya, acara maulid di masjid itu ada empat ; zikir, ceramah agama, pembacaan Shalawat Asrakal (pembacaan shalawat Ya Nabi Salam Alaika) dan pembagian ‘angkak-angkak’.

Merayakan maulid dengan pentas seni
Sejatinya kecintaan warga Bawean yang berusia dewasa seperti Himma pada Jaddal Husaini (Kakek Hasan-Husein) telah ditanamkan sejak dia berusia sangat kecil. Warga Bawean memiiki best practices untuk mengenalkan kecintaan pada junjungannya sejak kanak-kanak. Caranya sama,yakni dengan memperkenalkan tradisi ‘angkak-angkak’ yang tentunya dalam porsi lebih mini. 

Tapi selain itu, yang tak kalah serunya, perayaan di tingkat angak-anak di surau-surau Bawean juga dilakukan dengan pementasan; mulai dari yang relijius seperti pembacaan Al-Qur’an dan Barzanji (kisah hidup Nabi Muhammad), hingga yang murni bersifat kesenian semisal membaca puisi, tari saman, hingga karaoke. 

Rasyika (7) misalnya, selain menyiapkan ‘angkak-angkak’ kecil dengan bernuansa pink dan hiasan bunga, pada maulid tahun ini, ia kebagian mementaskan tari saman. Kini, hari-harinya telah disibukkan dengan latihan dalam rangka menyiapkan diri untuk perayaan maulid Sabtu mendatang. Pementasan kesenian semacam ini pada peringatan maulid adalah bagian dari tradisi yang sudah puluhan tahun diselenggarakan di Desa Kepuh Teluk, Tambak, Bawean.   



Orang tua Rasyika, Nurul Fazliana (29) mendukung keterlibatan anaknya untuk memeriahkan Maulid Nabi. Ia juga mengaku senang melihat anak-anaknya tampil di panggung untuk melatih mental penguasaan panggung sejak kecil.

“Selain menanamkan kecintaan pada Nabi Muhammad SAW, pada maulid, anak-anak juga senang kalau bisa tampil. Jadi sebagai orang tua, saya sangat mendukung. Sewaktu saya kecil juga tampil di pentas maulid seperti ini,” katanya.

Dalam hal pembiayaan, perayaaan di langgar-langgar ini tak membutuhkan biaya besar. Sebab segala kebutuhannya mulai pembangunan panggung, penyediaan space lokasi hingga bersih-bersih pasca acara dilakukan secara gotong-royong yang melibatkan warga yang hidup di sekitar langgar. Sehingga, perayaan maulid di Bawean, selain meningkatkan kecintaan pada Nabi Muhammad SAW, ia juga mengasah cita rasa seni pada diri anak-anak dan mempererat hubungan antara masyarakat. (Ahmad Rozali)