Sore itu, puluhan remaja berjajar di sebuah ruang pertemuan sempit, namun penuh makna. Ruang itu merupakan bangunan pertemuan Wihara Bakaran Wetan. Ya, remaja remaja yang tergabung di PAC IPNU-IPPNU Juwana itu sedang mengadakan dialog "Ramadhan untuk Toleransi Beragama" di Wihara Bakaran Wetan, Juwana, Pati, pada Sabtu (12/9) kemarin, pukul 16.00 WIB.
Agenda ini memang sengaja ditempatkan di ruang wihara dengan mengundang beberapa penganut agama Budha setempat. Mengapa di Wihara? Ketua Panitia, Irham, mengatakan bahwa kegiatan ini murni untuk menumbuhkan toleransi bagi pemuda di Juwana dan sekitarnya. "Kami memang ingin memberi pemahaman bahwa, Islam itu agama yang damai. Bukan menyamakan semua agama, tapi ini murni kegiatan untuk memberi wawasan toleransi," terang Irham.<>
Menurut Irham, pemahaman Islam yang salah dengan menempatkan penganut agama lain sebagai musuh merupakan perilaku yang kurang benar. "Kalau tidak punya empati kemanusiaan, maka yang terjadi adalah menyalahkan penganut agama lain. Hingga, terjadi bentuk teror seperti dewasa ini di berbagai tempat", ungkap Irham.
'Kami memang ingin memberi wawasan kepada generasi muda Juwana tentang kondisi sosial dan kultur lokal. Selain kegiatan ini, kami juga mengadakan pelatihan membatik bagi pelajar. Pelatihan batik untuk membentuk generasi penerus bagi perajin batik", jelas Irham.
Pada kegiatan ini, sekitar 70 pelajar putra dan putri dari beberapa sekolah, berdiskusi tentang masalah-masalah kemanusiaan, keagamaan dan ekonomi kerakyatan. Pemantik diskusi, Ahmad Suja'i, menyatakan bahwa daerah Juwana mempunyai kultur multikultural.
"Dalam historiografi daerah, Juwana terbentuk oleh berbagai budaya, agama dan kepercayaan. Ini penting untuk diketahui kembali oleh remaja sekarang, agar memiliki kepekaan kemanusiaan dan lingkungan", terang Suja'i.
Selain dihadiri pemuda dari berbagai sekolah, agenda ini juga menghadirkan tokoh masyarakat untuk memberi tambahan wawasan tentang kultur lokal yang membentuk masyarakat Juwana. Tokoh masyarakat yang hadir ini, diantaranya H. Sunarto (pendidik dan pengamat sejarah lokal), HM. Nugroho (Pembina organisasi dan pengusaha), serta beberapa tokoh masyarakat lain.
Sunarto mengungkapkan bahwa, sejak lama kota Juwana dibentuk dari keragaman. “Juwana itu symbol daerah yang multikultur. Ada sejarah panjang yang membentuk daerah ini. Potensi Juwana juga beragam yang dapat dikembangkan, misalnya Batik Bakaran dan Kuningan. Generasi dapat bertindak kreatif dengan toleransi dan berbekal potensi ini” terang Sunarto.
Kegiatan ini, diakhiri dengan buka bersama yang diikuti oleh seluruh peserta dan masyarakat sekitarnya. (ziz)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
Terkini
Lihat Semua