Daerah

Amole Maulid Wujud Syukur Nahdliyin Papua

Sel, 15 Januari 2019 | 04:30 WIB

Mimika, NU Online
Pagi yang cerah, Ahad (13/1), para peserta kirab gunungan hasil bumi mulai berdatangan dari berbagai daerah di area Masjid Al Ikhlas, Kampung Kadun Jaya, Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika. Sejak sehari sebelumnya mereka sibuk mengambil buah dan sayur dari ladang mereka.

Waga Kampung Mwuare, Mimika Timur menyiapkan satu gunungan sebesar mobil pick up. Aneka buah dan sayur ditata dengan rapi. Semua dalam kondisi utuh yang berupa melon, semangka, buah naga, dan sebagainya tanpa dibelah. Warga sekitar Mushala Baiturrahman Jl Serui Mekar membuat lebih langsing daripada gunungan lainnya.

Adapun jamaah istighosah Masjid Al Ikhlas Kadun Jaya menyiapkan dua gunungan besar. Pertama atas nama masjid yang kedua atas nama Laskar Joko Tingkir Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu. Gunungan ini dikirab mulai dari KM 10, dilanjutkan ke perempatan Pasar Minggu-jalur 4 SP4-Soponyon- SP1-stadion-KM 7-Kompi D-KM 14

"Ini adalah ungkapan syukur warga NU atas nikmat hasil bumi yang telah dipaneninya. Ini juga ungkapan rasa senang atas kelahiran junjungan kita, maulidur Rasul Muhammad Saw. Sebagaimana dalam Al-Qur'an siapa yang bersyukur akan ditambah nikmatnya," ungkap Ketua Panitia Amole Maulid dan Harlah NU Mimika, Sugiarso. 

Rangkaian kirab gunungan buah-buahan dan sayuran ini diiringi oleh lantunan shalawat dari banyak grup, seperti Celebes dari KM 10, An-Nur Soponyono, IPNU IPPNU Al ikhlas SP2 serta dari grup Mushala Baiturrahman Jl Serui Mekar. 

"Luar biasa sekali antusias warga NU, di luar perkiraan kami hingga panjang barisan kirab sekitar sekilo," kata  Bendahara Pesantren Darussalam Mimika, Muh Aminuddin.

Sekitar pukul sebelas siang, semua peserta kirab sudah tiba di lokasi acara yakni di halaman Masjid Nurul Hikmah  KM 14. Dua gunungan ditaruh di kiri dan dua lainnya di kanan panggung. Grup Mafia Shalawat pimpinan Imam  Mawardi telah siap menyambut kehadiran jamaah dan peserta kirab dengan lantunan syair Padang Bulan.

Acara puncak yaitu rebutan berkah tak bisa dibendung walaupun pemotongan tumpeng oleh KH Hisyam Syafaat belum selesai dilakukan. "Kami tidak bisa menahan massa yang berebur, terpaksa kami naik dan membagikan ke jamaah untuk menghindari kecelakaan," jelas panitia, Sutrisno.

KH Hisyam Syafaat, rais syuriyah PCNU Banyuwangi yang memberikan tausiyah pada acara tersebut mengatakan sangat terkesan. Ia menganjurkan masyarakat untuk meneruskan dan melestarikan kegiatan tersebut karena ini sebagai siasat untuk mempersatukan umat dan melestarikan budaya Nusantara di bumi Papua.

"Walisongo berdakwah dengan menggunakan budaya lokal dan menggunakan setrategi yg tidak menyinggung adat dan budaya masyarakat," ungkap KH Hisyam Syafaat.

Sementara itu sesepuh Mushala Serui Mekar yang juga donatur acara, Iswahab cukup senang dengan acara ini. "Kami anggap sukses dlm penyelenggaraan meski ada beberapa yang harus dibenahi ke depanya," ungkapnya.

Hadir dalam acara tersebut pimpinan Forkompinda, tokoh masyarakat, Wakil Khatib Syuriah PCNU Mimika H Sudjianto, A'wan Syuriah PCNU Mimika Untung Ashari, para takmir masjid rutinan istighosah. (Red: Kendi Setiawan)