Daerah

Agus Sunyoto Sampaikan Tantangan Pesantren di Pertemuan Pesantren Rakyat

NU Online  ·  Ahad, 18 September 2016 | 22:00 WIB

Malang, NU Online
Untuk menguatkan kelembagaannya, Pesantren Rakyat Malang menggelar pertemuan nasionalnya yang kedua di Rumah Singgah Pascasarjana UIN Malang selama tiga hari, yakni Jum’at-Ahad (18-19/9). Kegiatan yang didukung penuh oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UIN Maliki Malang ini diikuti oleh perwakilan Pesantren Rakyat yang telah berdiri di berbagai daerah di Indonesia. 

Rektor UIN Maliki Malang H Mudjia Rahardjo berkesempatan membuka kegiatan yang fokus pada pemberdayaan masyarakat ini. Tak hanya itu, berbagai tokoh menjadi pembicara untuk memotivasi para ‘Kiai Rakyat’ guna menguatkan kelembagaan Pesantren Rakyat.

Pada kesempatan ini, Ketua PP Lesbumi Nahdlatul Ulama, KH. Agus Sunyoto juga memberikan pengetahuan tentang prospek pesantren alternatif di Indonesia berkenaan dengan tantangan dan harapannya. 

Dalam materinya, kiai yang juga pengasuh Pesantren Global di Jalan Anggodo, Dusun Lowoksuruh, Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang ini menuturkan, Pesantren Rakyat yang dikembangkan santri-santri lulusan pesantren ini tujuan utamanya adalah untuk membina, mendidik, membimbing masyarakat agar dapat menjadi muslim yang mengerti, memahami, melaksanakan nilai-nilai lslam dalam kehidupannya sehari-hari. 

Kurikulum pendidikan, lanjut Agus Sunyoto, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, dengan menekankan pada pendidikan akidah, akhlak, ibadah, dan pengetahuan terapan sehari-hari. Uniknya, menurut Agus, kegiatan Pesantren Rakyat ini tidak harus melulu dilakukan di pesantren, tetapi bisa di tempat-tempat di mana komunitas orang lslam berkumpul seperti tempat cangkru'an, warung kopi, mushola, sawah, pabrik, arena bermain, hingga poskamling. Pesertanya pun juga bisa lebih bermacam-macam, bisa anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. 

”Metode pembelajaran harus fleksibel sesuai situasi, kondisi dan kebutuhan, mulai role playing, ceramah, mendongeng, main peraga wayang, dan apresiasi film misalnya,” ujarnya.
 
Pesantren Rakyat yang ada di desa pinggir hutan di Ponorogo, Agus Sunyoto mencontohkan, penduduknya memiliki masalah keterbelakangan mental. Dengan pendekatan yang sesuai, penduduk diajari menanam singkong, ubi, jahe, laos, dan kunyit dengan memanfaatkan area hutan. Penduduk juga diajari mengolah hasil tanamannya sekaligus cara menjualnya, termasuk menghitung uang. Pembinaan dilakukan dalam acara tahlil, slametan, sholawatan.

”Lepas dari penilaian positif dan negatif yang pasti Pesantren Rakyat sudah berkembang di 120 lokasi dengan ciri khusus; semua kegiatan pendidikan dilaksanakan secara sukarela dan gratis,” pungkasnya.

Untuk diketahui, Jaringan Pesantren Rakyat ini telah berdiri di berbagai kota di Indonesia, dengan salah satu inisiatornya adalah Kiai Abdullah Sam, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin Sumberpucung Malang. Pesantren Rakyat fokus pada praktik pribumisasi, dakwah di berbagai segi kehidupan, bukan hanya yang terkait dengan pendidikan agama, namun juga dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekitar yang melahirkan Panca Rukun Pesantren Rakyat, yakni, Jagong Maton, Lumbung Perak, Celengan, Ngaji Ngluruk, dan Al Fatehahan. (Muhammad Faishol/Fathoni)