Daerah

Ada “Langgar Merdeka” di Solo

NU Online  ·  Jumat, 14 Juni 2013 | 00:06 WIB

Laweyan merupakan salah satu kota Kuno di Solo, selain terkenal dengan kampung batiknya, laweyan juga menyimpan banyak masjid dan mushalla kuno, salah satunya adalah “Langgar Merdeka”.<>

Menurut sejarah, bangunan Langgar Merdeka merupakan wakaf ( secara lisan ) dari Almarhun H Imam Mashadi dan Almarhumah Ibu Hj Aminah Imam Mashadi. Pembangunan langgar dimulai pada 1942 dan selesai tanggal 26 Februari 1946 yang kemudian diresmikan oleh Menteri Sosial pertama yaitu Almarhum Mulyadi Joyo Martono.

Langgar Merdeka berdiri setelah berdirinya Masjid “Al Makmur” di Setono pada tahun 1944. Bangunan Langgar Merdeka  sebelumnya adalah bangunan rumah milik orang Cina yang dipakai untuk berjualan Candu ( Ganja ) yang kemudian dibeli oleh H Imam Mashadi.

Nama Langgar Merdeka diambil dalam rangka memperingati kemerdekaan RI. Namun pada saat Agresi Militer Belanda II 1949 diganti namanya dengan Langgar “ Al Ikhlas ” karena dilarang menggunakan kata “ Merdeka ”oleh pemerintah Belanda yang menduduki Surakarta.

Pada 1950, setelah Agresi Militer Belanda ke II berakhir, kembali nama “Langgar Merdeka”.

Konon pada saat Agresi Militer Belanda ke II, Langgar Merdeka juga pernah dijatuhi 2 ( dua ) buah bom oleh militer Belanda, namun atas berkat pertolongan Alloh swt bom tidak mengenai Langgar Merdeka dan juga tidak meledak.

Bangunan Langgar Merdeka oleh almarhum H Imam Mashadi dibuat 2 ( dua ) lantai. Lantai atas difungsikan sebagai tempat ibadah shalat, sedangkan lantai bawah difungsikan untuk penunggu pengelola Langgar  Merdeka. Di lantasi dasar ini dibuat model toko–toko agar dapat dipergunakan oleh pengelola untuk usaha yang hasilnya untuk menghidupi kebutuhan langgar dan dan kehidupan pengelolanya.

Sejak tahun1990 Langgar Merdeka dikelola putra menantu HM. Sholeh, putra pengelola sebelumnya almarhum KH Ahmad Musanni. (Ahmad Rosyidi/Red:Anam)