Daerah

4 Kunci Menulis bagi Santri menurut Khilma Anis

Sen, 20 November 2023 | 21:00 WIB

4 Kunci Menulis bagi Santri menurut Khilma Anis

Novelis Khilma Anis saat mengisi Seminar Literasi Digital di Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta, Ahad (19/11/2023). (Foto: Media Pondok Pesantren Ali Maksum)

Yogyakarta, NU Online

Dunia tulis-menulis menjadi keterampilan yang bisa dilatih dengan ketekunan. Tak ayal, Penulis Novel Hati Suhita Khilma Anis menyampaikan setidaknya ada empat hal yang harus dipegang dalam mendalami keterampilan ini. 


Hal pertama yang harus dipegang untuk menguasai keterampilan adalah senang terlebih dahulu. Menurutnya, kesenangan menjadi satu kunci, termasuk kesukaan terhadap apa yang akan dibahas di dalam tulisan. "Di sini maksudnya adalah menyukai tema yang kamu tulis," ujarnya dalam acara Seminar Literasi Digital di Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta pada Ahad (19/11/23).


Jika ingin menulis, lanjutnya, tentu saja tema yang akan ditulis disukai terlebih dahulu. Ketika sudah senang, apapun yang terjadi maka akan tetap suka. 


Ning Khilma, sapaan akrabnya, memaparkan bahwa hal kedua yang harus dipegang dalam mendalami keterampilan menulis adalah kenceng. Maksudnya, untuk memiliki kemampuan tersebut perlu kebulatan tekad yang kuat dan semangat yang hebat.


Orang-orang yang berhasil itu, menurutnya, bukan hanya karena mereka pintar. Namun, mereka memiliki tekad yang tinggi. Mereka tidak takut salah dan tidak takut dibicarakan banyak orang.


Hal lain yang harus dimiliki untuk bisa terampil menulis adalah kepareng, yaitu memohon restu. "Jangan sampai tidak ada restu dalam berkarir dan berkarya," terang novelis kelahiran Jember, Jawa Timur 37 tahun yang lalu itu.


Novelis tersebut menegaskan bahwa kalau tidak dapat restu, solusinya adalah rembuk. Ketika rembuk, yang harus dilakukan adalah menjelaskan, bukan melawan. "Kalau tidak dapat izin dari orang tua, suami, dan keluarga, bisa di rembuk," terangnya lebih lanjut


Keempat, wilujeng. Hal ini berarti adalah berani susah. "Yang keempat adalah tirakat, atau gelem soro," jelas alumnus Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur itu.


Tirakat yang dapat dilakukan santri sebelum dan saat menulis adalah berwudhu dan bertawasul sebelum menulis. Bahkan, menurutnya, kalau bisa ziarah ke makam. 


Acara Seminar Literasi Digital ini adalah salah satu rangkaian acara Haul Ke-35 Al-Maghfurlah KH Ali Maksum.

 

Kontributor: Nasril Nasar dan Eni Wahyuliani