Daerah

14 Sekolah Terbakar Belum Dibangun

NU Online  ·  Selasa, 2 Desember 2003 | 17:46 WIB

Lhoksoemawe, NU.Online
Sedikitnya 14 unit gedung sekolah SD, MIN, SLTP dan SMU yang dibakar awal Darurat Militer lalu, sampai sekarang belum dibangun. Gedung tersebut terdapat di dua Kecamatan, yakni Tanah Jambo Aye dan Langkahan Aceh Utara. Isu yang berkembang di kalangan masyarakat bahwa di antara gedung terbakar itu sudah turun dananya, namun sampai sekarang belum ada realisasi perbaikan.

Camat Tanah Jambo Aye membenarkan bahwa di daerahnya beberapa sekolah belum sempat dibangun. Namun, ia belum tahu apakah sudah ada dana. "Karena semuanya urusan Dinas Pendidikan," kata H Abdullah AW Camat Tanah Jambo Aye.

<>

Dalam invenstigasi Wartawan NU-Online di lapangan Senin (1/12), mendapati beberapa unit gedung sekolah di Kecamatan Tanah Jambo Aye dan Kecamatan Langkahan Aceh Utara masih bertengger tembok kosong. Warna hitam bekas disulut api masih lengket di tembok gedung. Dikabarkan, saat musim sekolah, siswa terpaksa belajar di bawah kolong meumasah.

Gedung sekolah terbakar yang sampai hari ini belum dibangun ruang kelasnya adalah SD Alue Keude Ie Mirah, Lhok Reudeup, Buket Jeurat Manyang, Biara Timur, Biara Barat, Lueng Tuha dan Buket Mesjid. Sementara di Kecamatan Langkahan, terdapat MIN Simpang Tiga Paya Ceurih, SD Cot Bada, SD Geudumbak, SD Bukit Linteung, Alue Krak Kayee, SLTP-I Langkahan dan SMU Swasta Simpang Tiga.

Sekolah SD Keude Alue Ie Mirah menyatakan, sejak bangunan tersebut dibakar, aktivitas belajar mengajar sangat terganggu. Bahkan, menurut wali murid di daerah itu, guru jarang aktif, sehingga membuat anak didiknya sering pulang tanpa dapat pelajaran.

Sedangkan di Kecamatan langkahan, yang paling amburadul sejak sekolah itu dibakar adalah SLTP-3 (SLTP-I) Langkahan. Sejak terbakarnya gedung, aktivitas belajar-mengajar makin tak menentu. Pasalnya, sejumlah besar guru yang tidak berdomisili di daerah itu tidak hadir, kalaupun hadir pada pukul 10.00 WIB, jam 11.30 WIB pulang.

Padahal, warga di beberapa desa termasuk Leubok Mane telah berupaya agar aktivitas belajar tak terhenti, bahkan bersedia menyisihkan dana Rp 25.000 untuk membeli papan membuat bangku darurat dan belajar di kolong Meunasah Leubok Mane. Namun, banyak guru yang tak hadir ke sekolah. Hanya Guru Honor Daerah (Honda) yang rutin masik mulai pukul 08.00 WIB. Karena itu warga meminta perhatian dari intansi terkait.(Kd-NAD/Muntadhar)