Bahtsul Masail

Hukum Mengakhiri Bacaan Al-Qur’an dengan Shadaqallahul Azhim

Jum, 7 Mei 2021 | 03:00 WIB

Hukum Mengakhiri Bacaan Al-Qur’an dengan Shadaqallahul Azhim

Syekh M Ali As-Shabuni mengajurkan umat Islam untuk menghindari diskusi perihal masalah khilafiyah dalam Islam termasuk ucapan tashdiq.

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Redaksi NU Online, ucapan “Shaqallahul azhim” sudah lazim didengar ketika seseorang  mengakhiri bacaan Al-Qur’an. Mohon keterangannya soal ini apakah ada anjuran dalam agama. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb (hamba Allah)


Jawaban

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Penanya dan pembaca yang budiman. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Sebagian orang (yang saya dengar) menyebut “shadaqallahul azhim” sesuai membaca Al-Qur’an dengan istilah “tashdiq”. Oleh sebagian orang tashdiq menjadi masalah, yaitu bid’ah sayyi’ah karena tidak diajarkan oleh Rasulullah.


Adapun pandangan lain terkait disuarakan oleh Al-Azhar. Fatwa Al-Azhar menyatakan, kalimat tashdiq seusai membaca Al-Qur’an di dalam shalat tidak masalah sebagaimana pandangan mazhab hanafi dan syafi’i. Tentu saja hal ini lebih tidak masalah diucapkan di luar shalat.


وقول "صدق الله العظيم " من القارى أو من السامع بعد الانتهاء من القراءة ، أو عند سماع آية من القراَن ليس بدعة مذمومة، أولا لأنه لم يرد نهى عنها بخصوصها، وثانيا لأنها ذكر لله والذكر مأمور به كثيرا ، وثالثا أن العلماء تحدثوا عن ذلك داعين إليه كأدب من آداب قراءة القرآن


Artinya, “Ucapan pembaca atau pendengar Al-Qur’an ‘Shadaqallahul azhim’ seusai membaca atau mendengar ayat Al-Qur’an bukan termasuk bid’ah tercela. Tidak ada larangan khusus dari Al-Qur’an dan hadits perihal ini. Kedua, ‘shadaqallahul azhim’ salah satu zikir. Zikir dianjurkan pada banyak dalil. Ulama membicarakan ini sebagai bentuk ajakan yang seolah menjadi adab terhadap Al-Qur’an,” (Athiyyah Shaqar, Fatawa Azhar [Mei, 1997]).


Di samping itu, ucapan tashdiq juga merupakan ucapan orang-orang beriman yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu Surat Ali Imran ayat 95 dan Al-Ahzab ayat 22. Fatwa Al-Azhar ini mengingatkan agar kita tidak mudah menyifatkan bid’ah atas suatu amal tertentu yang tidak terdapat di zaman Nabi Muhammad SAW.


وَلَا تَقُوۡلُوۡا لِمَا تَصِفُ اَلۡسِنَـتُكُمُ الۡكَذِبَ هٰذَا حَلٰلٌ وَّهٰذَا حَرَامٌ لِّـتَفۡتَرُوۡا عَلَى اللّٰهِ الۡكَذِبَ‌ؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَفۡتَرُوۡنَ عَلَى اللّٰهِ الۡكَذِبَ لَا يُفۡلِحُوۡنَؕ‏


Artinya, “Jangan kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sungguh orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.” (Surat An-Nahl ayat 116).


Kasus ini dapat ditarik dari sisi adab membaca Al-Qur’an. Hal ini diangkat oleh Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya yang terkenal Al-Jami li Ahkamil Qur’an:


ومن حرمته إذا انتهت قراءته أن يصدق ربه، ويشهد بالبلاغ لرسوله صلى الله عليه وسلم ويشهد على ذلك أنه حق، فيقول صَدَّقْتَ رَبَّنَا وَبَلَّغَتْ رُسُلُكَ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ .اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ شُهَدَاءِ الحَقِّ القَائِمِيْنَ بِالقِسْطِ، ثم يدعو بدعوات


Artinya, “Salah satu bentuk adab ketika selesai membacanya, seseorang dianjurkan membaca tashdiq dan tasyhid penyampaian risalah bahwa yang demikian itu benar melalui misalnya kalimat, ‘Shadaqta Rabbana, wa ballaghat rusuluka. Wa nahnu ala dzalika minas syahidina. Allahummaj’alna min syuhada’il haq al-qa’imina bil qisthi, lalu ia berdoa,’” (Imam Al-Qurthubi, Al-Jami li Ahkamil Qur’an, [Beirut, Muassasatur Risalah: 2006 M/1427 H], juz I, halaman 50).


As-Syinqiti dalam Tafsir Ruhul Bayan meriwayatkan dialog sahabat Abdullah bin Salam yang memliki latar belakang keyakinan Yahudi.


“Wahai Rasulullah, ceritakan kepadaku awal dan akhir bacaan Al-Qur’an?”


Nabi Muhammad SAW menjawab, “Awalnya ‘Bismillahir rahmanir rahim’ dan akhirnya ‘Shadaqallahul azhim.’”


“Kau benar ya Rasulullah,” kata Abdullah bin Salam.


Adapun Syekh M Ali As-Shabuni mengajurkan umat Islam untuk menghindari diskusi perihal masalah khilafiyah dalam Islam. Ucapan tashdiq merupakan salah satu kasus yang sudah seharusnya tidak perlu dipersoalkan.


وقول "صَدَقَ اللهُ العَظِيْمُ" عند الانتهاء من التلاوة وأمثال ذلك من الأمور التى لا تحتاج إلى جدال ومناظرة


Artinya, “Ucapan ‘Shadaqallahul azhim’ seusai membaca Al-Qur’an dan masalah lainnya merupakan hal yang tidak perlu diperdebatkan dan diributkan,” (Syekh M Ali As-Shabuni, Al-Hadyun Nabawis Shahih fi Shalatit Tarawih, [tanpa keterangan kota dan penerbit: 1983 M], halaman 10).


Demikian jawaban singkat kami, semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.


Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu ’alaikum wr. wb.


(Alhafiz Kurniawan)